Malam Kelam di Jalan Mistar Cokrokusumo, Banjarbaru, Remaja 15 Tahun Tewas Terlindas Truk

FAKTA – Banjarbaru kembali berduka. Di tengah geliat kota yang berkembang sebagai gerbang Kalimantan Selatan, kecelakaan lalu lintas masih menjadi momok yang tak kunjung usai. Jumat malam, 26 September 2025, Jalan Mistar Cokrokusumo, kawasan Sungai Besar, menjadi saksi bisu maut yang merenggut nyawa seorang remaja berusia 15 tahun, BS, warga Tamban, Barito Kuala.

Sehari setelah kejadian, kabar simpang siur beredar di grup-grup relawan dan warga. Awalnya, informasi yang sampai hanya menyebut “seorang pengendara tewas” tanpa identitas jelas. Relawan darurat, Zaini, mengatakan bahwa jasad korban sempat dievakuasi ke kamar jenazah RSD Idaman Banjarbaru, Jum’at dini hari, 26 September 2025.

“Perihal laka di Mistar Cokrokusumo, bos korban sudah ke RSD Idaman. Info yang kita dapat, korban warga Tamban,” ungkapnya malam itu.

Baru kemudian, pada Sabtu siang, 27 September 2025, pihak kepolisian memberikan kepastian. Kapolres Banjarbaru, AKBP Pius X Febry Aceng Loda melalui Kasi Humas, Ipda Kardi Gunadi, memastikan korban adalah BS (15), pelajar belia asal Tamban, Batola.

Berdasarkan keterangan resmi polisi, BS melaju dengan sepeda motor dari arah Bundaran Simpang Empat menuju Cempaka. Di ruas Jalan Mistar Cokrokusumo yang padat, ia berusaha mendahului dari sisi kiri. Namun manuver itu membuat motornya bersenggolan dengan sebuah truk kuning yang dikemudikan MAM (28), warga Banjarbaru.

Benturan sekejap membuat sepeda motor oleng, lalu terjatuh ke kolong truk. Dalam hitungan detik, tubuh BS terlindas roda besi. Kepalanya hancur, nyawanya seketika melayang. “Korban terlindas di bagian kepala,” jelas Kardi.

Truk dan pengemudinya segera diamankan polisi. Sementara jasad BS dibawa pulang ke rumah duka di Tamban, Batola.

Insiden di Sungai Besar menambah panjang daftar kecelakaan lalu lintas di Banjarbaru. Jalan Mistar Cokrokusumo dikenal sebagai jalur sibuk penghubung kota, dengan arus kendaraan berat yang kerap mendominasi. Kombinasi lalu lintas padat, minimnya ruang gerak bagi pengendara roda dua, serta kebiasaan menyalip dari kiri, sering kali berujung petaka.

“Sudah sering ada tabrakan di sini, apalagi malam. Jalannya sempit, truk banyak, motor sering nekat nyalip,” ujar seorang warga sekitar.

Kini, keluarga BS harus menerima kenyataan pahit pulang tanpa anak mereka. Sementara polisi masih memeriksa sopir truk, pertanyaan yang lebih besar menggantung sampai kapan Banjarbaru membiarkan jalur vital seperti Mistar Cokrokusumo menjadi titik hitam lalu lintas? (Stany)