Semua  

Korban Fashion Tren Dunia Yang Paling Berbahaya

Korset menyebabkan masalah pencernaan, sembelit, pingsan karena sulit bernafas dan bahkan pendarahan di dalam
Korset menyebabkan masalah pencernaan, sembelit, pingsan karena sulit bernafas dan bahkan pendarahan di dalam

SEORANG wanita Australia berumur 35 tahun menjadi korban fashion setelah celana jeans ketat yang ia pakai harus digunting karena membuatnya menderita sindrom kompartemen.

Ini bukan pertama kalinya seseorang menjadi korban gaya yang berbahaya. “Hal ini sudah ada sejak zaman batu,” kata Summer Strevens, pengarang Fashionably Fatal.

“Ketika fashion dibawa ke titik ekstrem, saya menyebutnya kegilaan kesombongan.”

Berikut lima gaya yang paling mematikan sepanjang sejarah.

Korset

Pakaian dalam yang menciutkan ukuran pinggang dan mempengaruhi bahasa selain tubuh wanita.

Korset menimbulkan istilah ‘strait-laced’, yang membuat pemakai dianggapnya sebagai seseorang yang terhormat, di samping ‘loose women’ yang mengacu kepada orang yang tidak memakai korset memiliki moral yang selonggar tali korsetnya.

Dalam bukunya Strevens mengatakan “korset menyebabkan masalah pencernaan, sembelit, pingsan karena sulit bernafas dan bahkan pendarahan dalam”.

Penghambat bernafas menimbulkan istilah ‘heaving bosom’, yang mengacu kepada tekanan terhadap paru-paru, sementara organ lainnya dipaksa berpindah dari tempat aslinya sehingga menimbulkan kerusakan.

Pada 1874, sebuah daftar diterbitkan terkait 97 penyakit karena pemakaian korset, termasuk histeris dan melankolis di antara akhir 1860-an dan permulaan 1890-an, kata Strevens.

Jurnal kedokteran The Lancet menerbitkan paling tidak satu tulisan setiap tahun tentang bahaya kesehatan tali korset yang terlalu ketat.

Pada 1903, ibu enam anak, Mary Halliday, 42 tahun, tiba-tiba meninggal karena kejang.

New York Times melaporkan saat otopsi bahwa “dua buah besi korset ditemukan di jantungnya, panjang keseluruhannya delapan dan tiga perempat inci. Keduanya saling bergesek sehingga menjadi tajam seperti silet karena gerakan tubuh.”

Kebakaran crinoline

Kebakaran crinoline sering terjadi di abad ke-19
Kebakaran crinoline sering terjadi di abad ke-19

Kekakuan bentuk petticoat tidak hanya memperbaiki siluet.

Pada abad ke-19, saat crinoline di puncak kepopulerannya, terjadi sejumlah kematian karena rok tersebut terbakar.

Pada Juli 1861, penyair Henry Wadsworth Longfellow segera menolong istrinya karena korek api membakar bajunya.

Menurut Boston Daily Advertiser “saat duduk di meja perpustakaan, korek atau kertas yang dibakar mengenai gaunnya, dan dia segera dilalap api.”

Dia meninggal sehari sesudahnya.

Dua saudara tiri Oscar Wilde juga meninggal karena gaunnya terbakar saat terlalu dekat ke api.

Kerah kaku

Diciptakan pada abad ke-19, kerah yang dapat dicopot ini membuat pria tidak perlu mengganti kemeja setiap hari.

Ini membuat orang mulai mengkanji kerahnya agar kaku, tetapi fashion ini juga menyebabkan kematian.

“Dinamakan si ‘pembunuh ayah’ atau ‘Vatermörder’ dalam bahasa Jerman,” kata Strevens.

Kerah kaku dapat memotong pasokan darah ke arteri karotid.

Pria mengenakannya sebagai perhiasan, mereka akan mengunjungi klub pria, minum beberapa gelas port dan mereka tercekik saat kepalanya bergerak ke depan.

Salah satu berita duka cita di tahun 1888 pada New York Times berjudul ‘Tercekik karena kerah’.

Isinya tentang seorang pria bernama John Cruetzi yang ditemukan meninggal di taman dan “diperkirakan pria tersebut minum alkohol, duduk di bangku dan tertidur. Kepalanya jatuh ke dada dan kerah kakunya menghambat tenggorokan dan menghambat aliran darah di pembuluh yang sudah menyempit, sehingga menyebabkan asphyxia dan apoplexy.”

Mad hatters

Keracunan merkuri adalah bagian dari bahaya saat bekerja sebagai pembuat topi di abad ke-18 dan 19
Keracunan merkuri adalah bagian dari bahaya saat bekerja sebagai pembuat topi di abad ke-18 dan 19

Istilah “mad as a hatter” telah digunakan 30 tahun sebelum Lewis Carroll mempopulerkannya lewat Alice’s Adventures in Wonderland.

Keracunan merkuri adalah bagian dari bahaya saat bekerja sebagai pembuat topi di abad ke-18 dan 19. Ini adalah bahan kimia yang dipakai untuk membuat bahan felt dan jika sudah lama terkena akan mengalami “penyakit pembuat topi gila”.

Gejalanya di antaranya adalah gemetar, malu-malu dan mudah terganggu emosinya.

Muncul keraguan apakah tokoh pembuat topi eksentrik Carroll adalah seorang penderita gangguan ini. Tulisan pada British Medical Journal mengsyaratkan “sulit dikatakan Mad Hatter menderita karena dia tidak ingin diperhatikan”.

Hak pembunuh

Kebiasaan mengikat kaki di Cina secara resmi dilarang pada tahun 1912. Pada abad ke-10 seorang penari istana dikabarkan mengikat kakinya dengan kain sutra untuk menarik perhatian raja.

Tetapi sebagian orang tetap melanjutkannya sebagai cara untuk memamerkan status, menunjukkan seorang wanita tidak memerlukan kakinya untuk bekerja.

Fotografer Inggris Jo Farrel mendokumentasi wanita yang masih hidup dengan kaki terikat dalam proyek Living History.

Dia mengatakan kepada BBC, “Saya merasa banyak orang mengatakan tradisi tersebut begitu barbar, tetapi ini juga sebuah tradisi yang memperkuat posisi wanita, memberikan kehidupan yang lebih baik, salah satu hal yang paling penting adalah mereka bangga dengan yang dilakukannya.”

Usaha membentuk kaki tidak terbatas di Cina.

“Pada abad-abad yang lalu, wanita yang sadar fashion harus memotong kelingkingnya agar dapat memakai sepatu runcing yang sedang populer,” ungkap Strevens.

Dia mengatakan sementara praktik masa lalu kemungkinan dipandang barbar, wanita masa kini masih menderita demi fashion abad 21.

“Meskipun kita tidak lagi memiliki korset atau crinoline, sekarang orang mencabut tulang rusuk agar pinggangnya lebih kecil.” (BBC Indonesia) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com