DIRMAN dan Badar masih terbaring di RS Bhayangkara Jayapura. Mereka dijenguk Gubernur Papua, Lukas Enembe, Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw, dan Danrem 172/PWY, Kolonel Inf Sugiono. Badar menceritakan nasib tragisnya.
Badar mengaku masih ingat betul kejadiannya. Saat itu hari Rabu, 9 September 2015. Pukul 09.00 WIT, saat menebang kayu, Badar dan Dirman didatangi sekelompok orang. Di bawah ancaman senjata, keduanya diikat dan dibawa menuju gunung dengan berjalan kaki selama 11 jam.
“Kami dibawa mendaki gunung mulai jam 9 pagi sampai di tujuan jam 8 malam. Kami dibawa ke satu Honai (rumah adat Papua) di markas mereka,” kata Badar, Sabtu (19/9/2015).
Badar menjelaskan penyandera terdiri dari 2 kelompok. Kelompok pertama membawa Badar dan Dirman dari hutan ke sungai, kelompok kedua membawa hingga ke wilayah Papua Nugini (PNG).
Kelompok pertama berjumlah 7 orang, 6 di antaranya membawa senjata api. Sedangkan kelompok kedua berjumlah 10 orang dan semuanya bersenjata.
Para penyandera berpindah-pindah tempat. “Selama 9 hari, kami tiga kali pindah tempat,” tutur Badar.
Pada hari ke-7 penyanderaan, Badar melihat dua helikopter tentara PNG terbang di atas kamp, namun keduanya tak berani keluar kamp. Kemudian hari ke-9, Badar dan Dirman diantar penyandera ke kepala desa setempat, lalu diserahkan ke tentara PNG.
Badar dan Dirman dievakuasi dari PNG setelah RI menempuh jalur diplomatik, Jumat (18/9). Saat ini mereka dirawat dan ditempatkan di ruang Cendrawasih RS Bhayangkara Jayapura dengan penjagaan ketat anggota Brimob Polda Papua. (Detik.com) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com