FAKTA – Kereta cepat Jakarta–Bandung belum lama beroperasi, tapi pemerintah sudah ancang-ancang untuk melanjutkan relnya sampai ke Surabaya.
Hal ini disampaikan Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), usai rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Senin (7/7/2025).
“Kami mendapat tugas khusus untuk mengawal kelanjutan pembangunan dan pengembangan kereta api cepat yang sekarang masih di Jakarta–Bandung. Harapannya, ke depan bisa tersambung sampai Surabaya,” ujar AHY dengan nada tegas tapi optimistis.
Meski namanya “kereta cepat”, AHY tak mau tergesa-gesa dalam prosesnya. Ia menekankan bahwa proyek sebesar ini tidak bisa jalan tanpa perencanaan yang benar-benar matang. Studi kelayakan alias feasibility study (FS) harus dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif.
“Kereta cepat tentunya harus dilakukan feasibility study yang utuh, yang komprehensif,” tegasnya.
Bukan cuma soal teknis, lanjut AHY, tapi juga soal pendanaan. Proyek ini diperkirakan akan menyedot anggaran yang tidak kecil, jadi perlu kepastian dari mana dananya bakal bersumber.
Kemenko IPK terus menjajaki skema pembiayaan yang berkelanjutan, agar tidak jadi beban jangka panjang.
Bagi AHY, proyek kereta cepat ini bukan sekadar alat transportasi. Ini soal masa depan konektivitas dan ekonomi antarwilayah.
Dengan menyambungkan Jakarta hingga Surabaya, ia yakin geliat ekonomi bisa tumbuh lebih merata—dari kawasan industri hingga UMKM lokal yang ikut terkoneksi.
“Ini proyek besar. Jadi perencanaan harus benar-benar matang. Kita tidak ingin setengah-setengah,” katanya lugas.
Selain itu, AHY juga menyebut perlunya dukungan anggaran tambahan bagi kementeriannya.
Bukan untuk foya-foya, tapi untuk koordinasi lintas sektor, kunjungan lapangan, hingga kegiatan teknis lainnya yang sangat krusial demi memastikan semua berjalan di jalur yang tepat.
“Kami butuh anggaran untuk koordinasi, turun ke lapangan, dan berbagai upaya lainnya,” jelas AHY.
Rencana menyambung kereta cepat hingga Surabaya bukan pekerjaan satu malam.
Butuh visi, konsistensi, dan eksekusi yang presisi. Pemerintah kini dihadapkan pada tantangan bagaimana mengubah ambisi jadi realita, tanpa meninggalkan jejak pemborosan dan ketergesaan.
Dan seperti yang ditunjukkan AHY dalam rapat itu—proyek cepat pun harus dimulai dengan langkah lambat tapi pasti. (Laporan : F1 || majalahfakta.id)






