HASIL Kegiatan Pembangunan dan Penataan Pemukiman Kawasan Sungai Gajah Wong yang merupakan kerja sama Dinas PUP dan Kawasan Permukiman Kabupaten Sleman dengan Desa Caturtunggal terkait Pekerjaan Pembangunan Renovasi dan Relokasi di Pringgodani, Mrican, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta, tahun anggaran 2017 – 2018,Senin pagi (13/8) diserahterimakan ke warga terdampak relokasi. Acara bertajuk serah terima rumah warga terdampak dan renovasi itu berlangsung di lokasi rumah relokasi yang baru.
Menurut ketua panitia pembangunan, Eko Widiono, kegiatan pembangunan tersebut dimulai sejak bulan Januari dan diakhiri pada bulan Juli 2018, sesuai RAB maupun dana yang disediakan Dinas PUP dan Kawasan Permukiman Kabupaten Sleman. Dari total yang dianggarkan sejumlah Rp 1.865.120.575,- sebanyak Rp 1.079.765.036,- digunakan untuk pembangunan 8 rumah relokasi, sedang sisanya sebanyak Rp 785.355.539,- digunakan untuk merenovasi 9 rumah warga. “Uang maupun material 100 % dimanfaatkan semua. Proses kegiatan pembangunannya juga berjalan lancar berkat kerja sama semua pihak, khususnya kebijakan kepala desa dan warga terdampak,” kata Eko Widiono.
Kepala Dukuh Mrican, Sumarji, pada kesempatan tersebut mengucapkan terima kasih pada Kepala Desa Caturtunggal, Agus Santosa SPsi, mengingat warga di bantaran sungai Gajah Wong di Pedukuhan Mrican jika memasuki musim hujan rumahnya rawan terkena banjir, sehingga pihaknya acapkali harus berpikir dan berupaya menyelamatkan barang maupun arsip milik warga yang acapkali terbawa banjir yang datang menerjang. Untuk itu dirinya mendukung kebijakan Kades Caturtunggal yang mengijinkan relokasidi atas Tanah Kas Desa sekaligus wujud kepedulian untuk menetralkan atau mengembalikan fungsi bantaran sungai. Dengan kata lain, menormalisasikan sehingga sepanjang bantaran sungai Gajah Wong di Mrican bisa buat jalan nantinya. Mengingat tanah yang digunakan untuk rumah relokasi adalah Tanah Kas Desa (TKD) tentunya bagi para penghuni tidak lupa menunaikan kewajibannya membayar sewa TKD tersebut.
Sedangkan Kades Caturtunggal, Agus Santosa SPsi, antara lain mengatakan, semoga hasil pembangunan tersebut dapat digunakan oleh warga relokasi sebagaimana mestinya dan tidak boleh dipindahtangankan. Karena merupakan bangunan baru tentunya akan dibuat perjanjian yang baru pula.
Lebih jauh dikatakan bahwa rumah relokasi tersebut diperuntukkan bagi 8 KK yang semula rumahnya menempati TKD di bantaran sungai dan habis terkena dampak pemulihan sempadan sungai Gajah Wong di wilayah Desa Caturtunggal yang dirintisnya sejak dirinya menjabat kepala desa beberapa tahun lalu. Kegiatan difokuskan terhadap rumah warga yang menempati tanah yang berada di bawah, yakni sepanjang bantaran sungai Gajah Wong untuk digeser/dipindahkan ke atas sekaligu memulihkan bantaran sungai sebagaimana fungsinya. Mengingat sungai Gajah Wong di wilayah ini menyempit (adanya pembangunan rumah warga) dari lebar yang semestinya sehingga rawan terjadi bencana banjir.
Agus Santosa juga menyentil keberadaan instansi terkait yakni BBWS SO (Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak), yang kalau mau bersama-sama bekerja menormalisasikan sungai Gajah Wong sebetulnya bisa semakin cepat teratasi. Dari hasil pendataan ada sekitar 41 rumah warga yang tinggal dan berada di bantaran sungai, namun yang habis keterjang dampak pemulihan normalisasi sempadan sungai tersebut ada 8 rumah, sedang lainnya hanya terkena sebagian sehingga masih bisa dibangun ke atas atau perlu direnovasi. Sedang sisanya masuk program tahap berikutnya.
“Ini tahap pertama dari rencana semula di mana akan ada 3 tahapan, meski warga Caturtunggal heterogen namun mereka mendukung program pembangunan yang dicanangkan pemerintah,” ungkap Agus Santosa yang acapkali berjargon “mari bersama-sama membangun yang sebenarnya bukan hanya sekedar membangun mimpi semata”.
Menjawab pertanyaan Wartawan Majalah FAKTA, Fajar Rianto, salah satu penerima rumah relokasi warga, Mantowiyono, mengungkapkan terima kasihnya pada Kepala Desa Caturtunggal sehingga dirinya menerima bantuan rumah. Martowiyono mengaku hampir 30 tahun dirinya menempati TKD di bantaran sungai dan merasakan pahit-getirnya saat keterjang banjir.
Hampir senada juga dikatakan penerima rumah relokasi yang lain, Sri Lestari, yang mengaku tinggal di pinggir sungai sejak tahun 1996 dan setidaknya selama ini telah mengalami 6 kali banjir besar, akibatnya tiap musim hujan keluarganya kuatir kebanjiran. Dan, di saat banjir air pasti masuk ke dalam rumah serta barang-barangnya terapung dan tenggelam.
Demikian juga yang dialami oleh Marsandi yang mengaku telah 3 kali dapurnya hilang hanyut terbawa banjir.
Acara tersebut ditandai pemotongan pita oleh Agus Santosa SPsi disaksikan BPD, para kepala dukuh, perwakilan pamong Desa Caturtunggal maupun lembaga desa serta tamu undangan, dilanjutkan pemberian kunci dan berita acara pada warga penerima bantuan rumah relokasi. (F.883)