Semua  

KEGIGIHAN NURJUMIATI DALAM MEMBESARKAN 4 ANAKNYA

Nurjumiati dengan seprei dan pakaian batik khas Madura jahitannya.
Nurjumiati dengan seprei dan pakaian batik khas Madura jahitannya.
Nurjumiati dengan seprei dan pakaian batik khas Madura jahitannya.
Nurjumiati dengan seprei dan pakaian batik khas Madura jahitannya.

SEORANG ibu rumah tangga pada umumnya akrab dengan perannya sebagai seorang istri yang bertugas untuk mengurus kebutuhan suami, merawat anak, membersihkan rumah, atau menyiapkan makanan untuk anggota keluarganya.

Hal itu pula yang dilakoni Nurjumiati, ibu dari empat orang anak yang semuanya laki-laki yaitu Fifi, Kiki, Agus, dan si bungsu, Zaka. Tapi selain menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, ia juga mengembangkan diri berwirausaha.

Bagi Nurjumiati, menjadi ibu rumah tangga bukan suatu halangan untuk bisa berbisnis. Ia mengakui memang bukan perkara mudah membagi waktu antara menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga sekaligus berwirausaha, apalagi berstatus orangtua tunggal seperti dirinya. Kholiq, suaminya, sudah meninggal tahun 2013 silam.

Dengan keadaan yang dihadapinya tersebut tak membuat Nur patah semangat melanjutkan tugas keluarga. Dia mengatakan, kondisinya memang tak sama seperti dulu, namun dirinya yakin bisa terus mengembangkan diri lebih mandiri di semua aspek kehidupannya.

Ayam bakar, seprei, mukena dan busana wanita berbahan batik khas Madura, menjadi pilihan usaha yang dikembangkan Nur saat ini. Jenis usaha ini dipilihnya karena menurutnya pekerjaan ini bisa dilakukan sendiri di rumah. Dengan model bisnis rumahan ini, Nur percaya dirinya dapat tetap menjalani dua tugasnya yakni sebagai ibu rumah tangga dan berwira usaha.

Sebelum merambah bisnis barunya itu, nama Nurjumiati sudah dikenal sebagai penjahit busana wanita. Ia mengawali kerja menjahit sejak usia 15 tahun. Kualitas hasil jahitan Nur diakui banyak pelanggannya. Hal itu dapat diketahui dari kalangan pelanggan yang menggunakan jasanya, selain masyarakat biasa, sebagian pelanggannya banyak yang dari kalangan pegawai. Biasanya para pegawai ini percaya membuat seragamnya ke rumah jahit NURMAZAmodiste, nama usaha yang dimiliki Nurjumiati.

Berbekal pengalamannya sebagai penjahit profesional, lebih kurang 25 tahun lamanya, tak sulit bagi diri perempuan kelahiran 1975 yang beralamat di Desa Kwanyar Barat, Kecamatan Kwanyar, Kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur, ini ketika memulai berproduksi seprei, mukena maupun pakaian jadi, busana batik wanita yang sekarang dikembangkannya.

Sementara untuk bisnis kuliner yang saat ini juga tengah digelutinya, ia mengaku belajar resep masakannya dari internet. Dalam sehari ia hanya menyediakan 40 potong ayam bakar, atau kadang lebih banyak lagi. Pembeli dapat langsung memesannya via aplikasi pesanan mesengger FB Nurmaza. Penjualan ayam bakar dan seprei dia pasarkan hanya via sosmed. Sedangkan untuk produk mukena dan pakaian, selain promo online dilakukan, ia menjualnya secara langsung.

Sosial media dimanfaatkan Nurjumiati sebagai media promosi sekaligus pemasaran produk bikinannya. Di samping karena efisien, juga alasan yang sama digunakannya sosmed agar aktifitas bisnisnya tak merintangi kewajibannya sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya.

Seiring bertambahnya permintaan dari konsumen, Nur mengajak kerja sama dengan sepupunya, Hosen, salah satu pengusaha batik asal Bangkalan, yang juga pemilik gerai batik khas Madura, BELFA, yang berlokasi di Kecamatan Burneh, Kabupaten Bangkalan. Kerja sama antara NURMAZAmodiste dan BELFA dilakukan untuk mencapai target penjualan.

Untuk jangkauan pemasaran lebih luas, Nur sangat berharap pada pemerintah atau dinas terkait untuk mendukung dan memfasilitasi promosi produk buatannya. Ia juga berharap mendapat bantuan pinjaman penguatan modal untuk mengembangkan usahanya tersebut.

Meski saat ini mengantongi modal hanya pas-pasan, ibu yang sehari-hari mengenakan cadar ini mengaku tak main-main dalam menjalankan usaha barunya tersebut. Dengan percaya diri, Nur mengatakan, jika nanti cukup modal rencananya akan buka kedai ayam bakar dan buka butik sehingga bisa menjual sendiri secara langsung pakaian hasil kreasinya. (F.1005)