Daerah  

Kapal Banawa Nusantara 88, Riwayatmu Kini

Kapal Hibah Dari Kemenhub Pusat Tenggelam di Peraira Pariaman Pulau Angso Duo, Rabu (16/4/2025).

FAKTA – Kapal Banawa Nusantara 88 bantuan dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk Pemerintah Kota Pariaman tenggelam di perairan Pulau Angso Duo, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Rabu, 16 April 2025 lalu.
Kapal tersebut digunakan pemerintah daerah setempat untuk pelayaran rakyat (Pelra) membawa wisatawan yang menyukai wisata pulau dan memancing. Namun, sejak COVID-19 penggunaan kapal untuk wisatawan itu belum terealisasi, sehingga kapal tersebut dijangkarkan di dekat pulau Angso Duo. Padahal kapal dengan ukuran 35 gross ton (GT) tersebut tiba di Pariaman pada Oktober 2019 hingga sekarang belum digunakan untuk wisatawan karena masih adanya perbaikan yang harus dilakukan.

Kapal tersebut pernah digunakan oleh Komunitas Merah Putih Pariaman (KMPP) untuk menuju Pulau Bando guna mengibarkan Bendera Merah Putih di bawah laut pada 15 Agustus 2020 dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-75 RI.
Hingga kini, kapal yang memiliki panjang 20 meter dan lebar tiga meter dengan kapasitas 24 penumpang tersebut yang dibuat di galangan kapal di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur itu seakan akan terabaikan.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Pariaman, Afwandi kepada wartawan membenarkan kapal tersebut diketahui tenggelam pada Rabu (16/4) lalu. Menurutnya, kapal itu sudah tidak lagi dioperasikan sejak dua tahun belakangan ini karena kondisinya yang sudah tidak layak beroperasi. Namun, kondisinya diperparah pada saat dihantam cuaca buruk pada tiga hari sebelum tenggelam.

“Dua tahun ini sudah berlabuh jangkar karena kondisinya yang mengalami kebocoran. Namun pada saat sebelum tenggelam kondisinya sudah semakin parah,” ujarnya melalui sambungan seluler, Selasa (22/4/2025).

Afwandi menjelaskan, kapal tersebut sejak didatangkan ke perairan Pariaman belum sempat beroperasi sesuai harapan.
Padahal, kapal tersebut diproyeksikan akan menjadi armada penunjang sektor wisata di daerah ini.

“Rencananya kapal tersebut untuk wisatawan yang ingin berpergian ke pulau, atau yang ingin memancing di perairan pariaman,” sebut dia.
Namun, karena minimnya biaya, kapal tersebut tidak mendapatkan perawatan yang maksimal, sehingga kebocoran yang telah lama terjadi tidak sempat diperbaiki hingga akhirnya tenggelam ke dasar laut di dermaga objek wisata andalan di daerah ini.

Ia menilai, selain minimnya biaya perawatan, jauhnya jarak tempat memperbaiki juga menjadi kendala kapal tersebut tidak diperbaiki. “Tempat memperbaikinya hanya ada di Mentawai, biaya perbaikan saat itu mencapai angka tiga ratus juta rupiah,” sebut dia.

Saat ini pihaknya tidak bisa berbuat banyak, pasalnya untuk mengevakuasi badan kapal dari dasar laut butuh peralatan khusus yang biayanya tidak sedikit. “Kalo biaya evakuasinya bisa lebih mahal dari harga kapal itu,” tambahnya mengakhiri. (ss)