PEREKONOMIAN Jepang kembali mengalami resesi setelah menyusut 0,8% dalam setahun, pada triwulan ketiga.
Data awal menunjukkan negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu telah melemah selama dua triwulan berturut-turut, yang merupakan pertanda resesi.
Pertumbuhan diperkirakan turun setelah jatuh 0,7% pada triwulan kedua akibat permintaan domestik yang lemah.
Jepang telah mengalami resesi empat kali sejak krisis keuangan global.
Pertumbuhan melambat 0,2% pada triwulan ketiga dibanding triwulan sebelumnya, lebih lemah dari angka prakiraan 0,1%.
Angka pertumbuhan tahunan juga jauh di bawah ekspektasi 0,2%.
Pakar ekonomi mengatakan, data ini akan memberikan lebih banyak tekanan bagi pemerintah dan bank sentral untuk terus mendorong perekonomian.
Namun, ekonom dari firma riset Capital Economics, Marcel Thieliant, mengatakan, pembuat kebijakan memperlihatkan “keengganan” dalam merespon pertumbuhan yang lambat dengan stimulus sementara inflasi bertambah cepat.
“Hasil (resesi) ini ialah tindakan bank untuk mengatasi inflasi harus segera mulai dijalankan,” ujarnya.
“Karena itu kami tetap yakin stimulus pada akhirnya akan dibutuhkan, dan kini memperkirakan bahwa bulan Januari akan jadi momen pengumumannya.”
Pengeluaran bisnis jatuh
Perusahaan Jepang terus berhati-hati dalam meningkatkan upah dan berinvestasi di ekonomi. Hal ini menjadi tantangan besar bagi kebijakan “Abenomics” Perdana Menteri Shinzo Abe.
Pengeluaran bisnis jatuh 1,3%, di bawah perkiraan 0,4%. Penurunan telah terjadi pada dua triwulan berturut-turut.
Tetapi, konsumsi pribadi, yang mencakup 60% perekonomian naik 0,5% dari triwulan sebelumnya.
Belanja konsumen membaik sejak terkena dampak karena peningkatan pajak penjualan pada April tahun lalu, yang menjadi salah satu penyebab resesi tahun 2014.
Meskipun pertumbuhan menurun, pemerintah Jepang positif bahwa pemulihan sedang berlangsung.
“Meskipun ada risiko seperti perkembangan di luar negeri, kami berharap perekonomian akan pulih berkat efek berbagai langkah (stimulus) yang diambil sejauh ini,” kata menteri ekonomi Akira Amari dalam sebuah pernyataan.
Namun, sebagai respon terhadap laju pertumbuhan ini, benchmark indeks saham Nikkei 225 turun 1,1% menjadi 19,372.98 poin. (BBC Indonesia) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com