Dukung Program Rehabilitasi Kerusakan Lingkungan Di Kalsel
SEIRING Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Ke-46, Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) mencanangkan Gerakan Revolusi Hijau Tingkat Kabupaten HSU di kawasan Candi Agung Amuntai.
Menurut Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman, dan Lingkungan Hidup HSU, Rusnaidy, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup begitu cepat terjadi sehingga perlu aksi cepat untuk mengatasinya. “Lahan kritis di Kalimantan Selatan mencapai 35.000 hektar, perlu 20 tahun untuk melakukan penutupan lahan,” ujarnya.
Menurutnya, selain masalah lahan kritis, permasalahan lingkungan juga terkait dengan sampah plastik yang sulit diurai oleh mikroorganisme. Jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat Kabupaten HSU diperkirakan sebanyak 110 ton per hari, termasuk di antaranya sampah plastik.
Saat ini pengelolaan sampah baru mencapai 40 persen karena keterbatasan sarana dan prasarana. Untuk itu gerakan revolusi hijau yang dicanangkan Gubernur Kalsel perlu terus dilakukan seumur hidup demi kelangsungan hidup anak-cucu. Karena berdasarkan riset, setiap manusia membutuhkan sedikitnya tiga pohon besar untuk asupan oksigen setiap hari, sehingga jika jumlah pohon berkurang maka akan mengancam kelangsungan hidup manusia.
Diharapkan dengan aksi penghijauan ini dapat memperbaiki kualitas lahan yang kritis di Kalsel, di mana Indeks Kualitas Lahan di Kalsel menempati peringkat ke-24 di Indonesia.
Aksi penghijauan seiring Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Ke-46 di Kabupaten HSU ini ditandai dengan penanaman sejumlah bibit pohon langka di kawasan Candi Agung Amuntai, seperti bibit pohon belangiran, kastuti, jelutung dan ulin.
Aksi penanaman dilakukan oleh Bupati, Wakil Bupati, Ketua DPRD, Forkopimda dan Komunitas hijau dari Kabupaten HSU dan Balangan.
Bupati HSU, H Abdul Wahid HK, sangat mendukung gerakan revolusi hijau ini dan berterima kasih kepada Forum Komunitas Hijau (FKH) “Rarawa” Kabupaten HSU bersama Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Lingkungan Hidup yang sudah melaksanakan kegiatan penghijauan seiring dengan Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia Ke-46 di kawasan Candi Agung Amuntai.
“Sekarang ini sudah bisa kita rasakan perubahan iklim yang terjadi; cuaca semakin panas, frekuensi bencana banjir yang terus meningkat dan berbagai bencana lainnya menimbulkan dampak bagi kehidupan manusia,” kata Wahid.
Oleh karena itu, menurut Wahid, kepedulian terhadap perbaikan lingkungan hidup diharapkan bisa mengurangi dampak pemanasan global. Wahid juga berharap adanya Program Adiwiyata di sekolah-sekolah di Kabupaten HSU dapat mempersiapkan generasi yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup.
Seperti diketahui, program Revolusi Hijau yang digalakkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan diharapkan mampu merehabilitasi kerusakan lingkungan. Revolusi hijau ditandai dengan penghijauan di sepanjang ruas Jalan Trans Kalimantan serta rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS).
Revolusi hijau merupakan program pembangunan bidang lingkungan yang menjadi visi dan misi Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor. Program dengan jargon ‘menanam, menanam, dan menanam’ ini menitikberatkan pada kegiatan edukasi, peningkatan kepedulian, kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam menanam.
Sejak Sahbirin Noor menjabat jadi gubernur, gencar melakukan penanaman pohon penghijauan di seluruh wilayah Provinsi Kalsel dengan melibatkan semua instansi, TNI-Polri, pegiat lingkungan, serta masyarakat, yang merupakan bagian dari program revolusi hijau.
Salah satu bagian dari Program Revolusi Hijau ialah penanaman pohon di sepanjang ruas Jalan Trans Kalimantan sepanjang kurang lebih 100 kilometer, meliputi ruas Km 5,5 Kota Banjarmasin hingga Pengaron, Kabupaten Banjar, dan ruas Lianganggang, Kota Banjarbaru, hingga Sebuhur, Kabupaten Tanah Laut.
Adapun pohon yang ditanam jenis trembesi, tebubuya, dadap merah, pucuk merah, melati jakarta, dan lainnya. Penanaman pohon dengan ukuran besar ini menyedot anggaran Rp 21 miliar lebih. Penanaman juga dilakukan di kawasan perkantoran Pemprov Kalsel di Banjarbaru.
Di samping itu, Program Revolusi Hijau juga memprioritaskan pada kegiatan rehabilitasi DAS yang dicanangkan mulai 2017 hingga 2026 mendatang. Rehabilitasi DAS menargetkan penanaman hingga 35.000 hektar per tahun.
Dengan target penanaman oleh empat perusahaan HTI di Kalsel seluas 11.000 hektar per tahun, perusahaan pemegang IPPKH seluas 4.000 hektar, perhutanan sosial 4.000 hektar, dan sisanya dari berbagai instansi pemerintah, lembaga, dan masyarakat. Sedikitnya diperlukan 20 juta bibit pohon per tahun guna mensukseskan program ini.
Besaran dana Program Revolusi Hijau mencapai Rp 81 miliar per tahun yang berasal dari dana pemerintah, lembaga donor, dan program dana jaminan revolusi hijau dari perusahaan IPPKH. Bahkan, melalui kewajiban IPPKH, perusahaan yang mencapai luas 64.000 hektar, maka dana revolusi hijau ini berjumlah Rp 1,8 triliun.
Dikatakan, target rehabilitasi DAS seluas 35.000 hektar per tahun ini sangat sulit dan diperlukan kerja keras untuk merealisasikannya.
Selain itu, hingga kini luas lahan kritis yang sudah direhabilitasi perusahaan IPPKH sekitar 2.480 hektar atau baru 10% dari kewajiban rehabilitasi lahan kritis perusahaan seluas 24.000 hektar. Kewajiban rehabilitasi ini akan bertambah karena total lahan yang diberi izin pinjam pakai kawasan hutan mencapai 64.000 hektar.
Sejauh ini, dari 31 perusahaan pemegang IPPKH, hanya 9 perusahaan yang telah melaksanakan rehabilitasi, sisanya 22 perusahaan masih mengajukan verifikasi lahan rehabilitasi. Di sisi lain, luas lahan kritis di Kalsel tercatat seluas hampir 700.000 hektar. (Tim)








