Majalahfakta.id – Saat ini Presiden Joko Widodo terus mendorong agar porang menjadi komoditas pertanian yang diekspor dan sebagai sumber pangan baru, seperti disampaikan waktu lalu di Mejayan, Madiun.
Sementara itu Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan skema untuk mengembangkan produk turunan olahan porang melalui koordinasi dengan Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, terkait penetapan klaster prioritas pengembangan budi daya umbi-umbian itu.
Dilansir dari Kompas.com, tanggal 23/08/2021, tak hanya itu lanjut dia, Ditjen IKMA berupaya meningkatkan sistem keamanan pangan produk olahan porang yaitu chip dan tepung porang melalui sertifikasi pangan.
“Mesin pengering efek rumah kaca tipe dome dan mesin perajang porang sedang diusulkan untuk digunakan di pilot project, agar nanti petani porang memiliki nilai tambah produk sesuai dengan keamanan pangan, dan biaya operasional tetap rendah,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita.
Lahan seluas 1.824 hektare di Desa Selur, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo siap ditanami porang. Tanaman bernama latin Amorphophallus muelleri ini berpotensi besar di pasar ekspor.
Sementara itu, saat ditemui wartawan majalahfakta.id, Saptono Mantan Dewan Pacitan memberikan argumen bahwa, “Saat ini Harga Porang ditentukan oleh harga pasar, dan petani hanya menginginkan harga yang tinggi padahal pabrik pengolahan porang hanya inginkan harga yang di bawah petani”, terang Saptono yang juga pengusaha Porang.
Imbas dari petani porang yang melimpah dan harga Porang yang anjlok, saat ini para petani porang beralih ke Sawit di wilayah selatan, Kec. Ngrayun Ponorogo dan Wilayah Pacitan. Sekitar jalur pantai Gemah Tulungagung.
“Pemerintah seharusnya tegas mengambil sikap, kalau memang porang sebagai pengganti makanan pokok, dan jangan membingungkan para petani, persoalannya SDA di Indonesia terutama di Daerah selatan Jawa Timur iklim sangatlah mendukung di tanami apa saja,” Jelas Saptono.
Kartubi (54) warga Pacitan yang juga petani porang, mengungkapkan, “Mohon kepada Pemerintah agar segera mungkin ditata dan bijak, agar produksi porang lebih mantap, petani nggak bingung”, ujar Kartubi.
Harapan Saptono, “Pemerintah segera mengendalikan harga porang di pasaran, agar antara Permintaan dan produksi seimbang dan juga mensosialisasikan bahwa umbi porang tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan khususnya Diabetes, nantinya Petani ngga akan pindah ke Sawit”, harap Saptono.(hsr/ren)







