
DUA tahun lagi genap dua puluh lima tahun usia organisasi Gabungan Pecinta Alam Malioboro Freelance (GPA MF). Pada dekade 1990-an nama GPA MF cukup akrab terdengar di telinga, terutama bagi para aktifis pecinta alam dan masyarakat berbagai jalur dan base camp pendakian gunung di Pulau Jawa.
Tidak kurang tiga ratus lebih anggota dan simpatisan organisasi yang memiliki tongkrongan di kawasan Malioboro dan base camp (tempat berkumpul, red) di lereng Merapi sisi selatan tepatnya di Desa Kinahrejo ini. Anggotanya dari berbagai kalangan dan latar belakang, namun sebagian besar mereka saat itu beraktifitas di Kota Yogyakarta. Hampir tiap malam Minggu pasti ada anggota GPA MF yang berkegiatan dan menginap di Desa Kinahrejo, serta sebagian di antaranya mendaki Gunung Merapi. Namun di antara mereka ada juga yang keluar kota dan melakukan pendakian gunung lainnya. Saat itu cukup banyak sekolahan ataupun lembaga dan instansi yang meminta pendampingan saat melakukan aktifitas luar ruang atau pendakian pada anggota GPA MF. Beberapa Mapala dan organisasi pecinta alam lainnya cukup banyak juga yang menggandeng GPA MF untuk melakukan kegiatan bersama.

Aktif dan terlibat berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, mengakibatkan rasa solidaritas dan kekeluargaan di antara mereka juga cukup kental. Tak ayal saat erupsi Merapi 2010 anggota organisasi ini banyak yang langsung terjun jadi relawan. Hatinya tergerak saat desa tempat mereka menghabiskan waktu berakhir pekan luluh-lantak dihajar awan panas Gunung Merapi. GPA MF juga langsung membantu pos pengungsian warga Kinahrejo dan terdampak lainnya, mereka menghimpun bantuan dan mendirikan posko bantuan pengungsian. Seperti halnya aktifitas yang mereka lakukan saat bencana gempa bumi Bantul tahun 2006 lalu.
Meski banyak yang tidak tahu, beberapa anggota GPA MF juga turun bahkan di garda terdepan saat almarhum Mbah Maridjan, tokoh masyarakat/juru kunci Gunung Merapi, meninggal akibat erupsi Merapi Oktober 2010. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan mereka saat itu melihat kondisi alrmahum yang dikenal sangat dekat dengan para personil GPA MF ini.
Waktu terus berjalan, kini para penggiat pecinta alam ini usianya bisa dikatakan tidak muda lagi namun keakraban di antara mereka tetap terjaga dan tidak luntur juga. Regenerasi juga berjalan, meski bisa dikatakan karena kesibukan kini mereka jarang melakukan aktifitas pendakian bersama atau mengadakan pendakian masal lagi. Walaupun anggota dan simpatisannya kini telah menyebar ke berbagai daerah, bahkan ada yang berdomisili di luar negeri dengan berbagai profesi, usaha dan jabatan beraneka ragam, ternyata hanya butuh waktu dua minggu bagi GPA MF untuk mempersiapkan kegiatan bersama mereka.
Bahu-membahu mereka bergerak bersama untuk mewujudkan kegiatan dua tahun menuju pesta perak 2020. Hingga akhirnya diagendakan pada hari Sabtu, 12 Mei 2018, mereka akan kembali melakukan kegiatan bersama di Kinahrejo.

Namun pada hari Jumat pagi, 11 Mei 2018, Gunung Merapi yang beberapa tahun ini terdiam ternyata kembali beraksi dan “dehem” sekali. Terjadi sekali letusan pada pukul 07.43 WIB dengan durasi kegempaan selama 5 menit, menimbulkan ketinggian kolom 5.500 m di atas puncak. Erupsi bersifat freatik (dominasi uap air) dan tidak menimbulkan erupsi susulan. Meski tidak menimbulkan korban jiwa namun dampaknya cukup dirasakan warga di wilayah DIY, khususnya wilayah barat akibat hujan abu cukup tebal, lebih lagi kawasan seputar Gunung Merapi, termasuk Kinahrejo lokasi semula yang akan dipakai kegiatan GPA MF ini. Balai Taman Nasional Gunung Merapi langsung mengeluarkan edaran penutupan seputaran kawasan tersebut sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Tidak mau menunda, GPA MF memilih menggeser kegiatan ke Pantai Baru Bantul. Menurut keterangan Tatut Suhartadi selaku Ketua GPA MF sekaligus ketua panitia kegiatan tersebut, even kali ini mengawali rangkaian kegiatan lainnya menuju kegiatan akbar dua tahun mendatang. Meski terkesan mendadak namun antusias para peserta terutama para anggota GPA MF masih sangat tinggi, bahkan beberapa personil dari luar kota, luar pulau, siap hadir untuk ikut kegiatan kali ini. Setidaknya sebanyak tiga ratus lima puluh pengunjung turut meramaikan Pantai Baru malam itu, para peserta dan penonton membaur jadi satu menyaksikan penampilan Starlight Rock Band Jogja, salah satu band papan atas Kota Yogyakarta, usai GPA MF menggelar acara internal.
“Dalam acara kali ini intinya kita kangen-kangenan sekaligus diskusi rembug Malioboro menuju pesta perak 2020 dalam suasana santai, dengan target mencari masukan yang tepat untuk giat mendatang, pastinya bermanfaat bagi masyarakat,” ungkap Juno, salah satu tokoh GPA MF, kepada FAKTA di sela-sela kegiatan.
Selain hal tersebut kegiatan santai pada hari Minggu pagi itu diisi pembagian doorprize, makan bersama dan penandatanganan komitmen bersama menyangkut rangkaian kegiatan mendatang. (F.883)






