FAKTA – Perkembangan era digitalisasi ikut mempengaruhi perkembangan dunia fashion.
Dahulu di Kota Tasikmalaya tepatnya di Kecamatan Kawalu merupakan sentra pengerajin usaha bordir manual.
Hampir di setiap konveksi masih menggunakan bordir manual sebagai hiasan untuk memperindah mukena, kebaya ataupun baju koko dan lain sebagainya.
Namun seiring datangnya mesin bordir komputer buatan China, perlahan para pemilik konveksi mulai beralih dari bordir manual menggunakan tenaga manusia mesin bordir komputer. Karena pengerjaannya dirasa lebih cepat dan hemat.
Tak ayal, para pengerajin bordir manual banyak kehilangan mata pencahariannya.
Tukang bordir pun banyak beralih profesi menjadi tukang jahit, petani, kuli bangunan dan pedagang.
Kurang lebih sejak tahun 2010 tidak ada lagi generasi muda yang mau belajar teknik bordir manual.
Padahal bila ditelusuri ternyata bordir manual memiliki unsur estetik yang unggul daripada bordir komputer.
Penggunaan benang bawah yang lebih mengikat ke kain sehingga hasil bordiran tidak gampang brudul bila salah satu benang putus.
“Bunga bordir manual yang dihasilkan pun terasa lebih hidup dan seolah memiliki ruh, ” ungkap Asep yang merupakan salah satu pemilik konveksi bordir manual di daerah Mangunreja, Tasikmalaya.
“Alhamdulillah dari online kami melayani jasa order manual pembuatan kerudung, khimar, gamis, mukena dan sebagainya. Karena butik dan brand-brand ternama biasanya masih banyak yang mempercayakan pembuatan bordirnya oleh mesin bordir manual, ” ungkapnya.
Selain bisa menyerap banyak tenaga kerja, tentunya bordir manual juga memiliki unsur seni yang tinggi. Krena untuk mengoperasikan mesinnya benar-benar harus memiliki skil teruji dan jam terbang yang lama. (Andry H)






