RIBUAN massa tolak reklamasi Teluk Benoa (ForBali) kembali menggelar aksi demonstrasi di Denpasar, Kamis (22/12). Untuk aksinya kali ini, ForBali tak melakukan aksi seperti biasa. Sebab ribuan massa yang longmarch dari Parkir Timur Lapangan Niti Mandala Renon, tidak diarahkan menuju pintu gerbang Kantor Gubernur Bali atau halaman Kantor DPRD Provinsi Bali. Massa ForBali ini, justru hanya menggelar aksi longmarch dan langsung ‘mengepung’ Kantor Gubernur Bali.
Ribuan massa berpakaian adat madya lengkap dengan atribut tolak reklamasi Teluk Benoa ini, tampak mengeliling Kantor Gubernur Bali dengan memenuhi ruas Jalan Kusuma Atmaja (barat Kantor Gubernur), Jalan Basuki Rahmat (selatan Kantor Gubernur), Jalan Juanda (timur Kantor Gubernur), serta Jalan Cok Agung Tresna Renon (utara Kantor Gubernur).
Uniknya, saat mengelilingi area Kantor Gubernur Bali ini, ribuan massa ForBali tanpa henti membunyikan kulkul serta tektekan. Di samping itu, massa juga membunyikan baleganjur serta musik dengan lagu-lagu yang menyuarakan penolakan terhadap reklamasi Teluk Benoa.
Kenapa ForBali melakukan aksi seperti ini ? “Khusus untuk aksi kali ini, kami memang sengaja mengelilingi area Kantor Gubernur Bali sambil membunyikan kulkul dan tektekan,” jelas Koordinator ForBali, Wayan ‘Gendo’ Suardana, yang ditemui di sela-sela aksi.
“Kenapa kami membunyikan kulkul, karena kami ingin mengusir energi negatif yang ada di Kantor Gubernur. Kami juga mau mengusir keinginan jahat yang ingin menghancurkan Bali dengan rencana reklamasi Teluk Benoa,” urainya.
Gendo tak menampik, suasana aksi kali ini memang sengaja didesain seperti malam pengerupukan. “Kalau pengerupukan itu kan merayakan penyambutan Tahun Baru Caka. Maka untuk aksi kali ini kami buat seperti itu sekaligus untuk menyambut Tahun Baru 2017,” tandas Gendo.
Usai mengelilingi Kantor Gubernur Bali dengan iringan bunyi kulkul, tektekan dan baleganjur, aksi dilanjutkan dengan pementasan seni dan musik di beberapa titik. Seperti di pertigaan Jalan Kusuma Atmaja – Jalan Cok Agung Tresna, pertigaan Jalan Kusuma Atmaja – Jalan Basuki Rahmat, dan pertigaan Jalan Basuki Rahmat – Jalan Juanda.
Pengamanan untuk aksi ForBali tersebut juga tak seperti biasanya. Pasalnya, untuk pengamanan aksi ForBali kali ini, personel polisi yang diterjunkan ke area Kantor DPRD Provinsi Bali sebanyak 550 orang. Selain personel yang banyak, polisi juga mengerahkan mobil water canon hingga berbagai peralatan yang khusus disiapkan apabila demo ricuh.
Pengerahan 550 personel polisi ini dibenarkan Wakapolresta Denpasar, Nyoman Arthana, saat ditemui di sela-sela persiapan pengamanan aksi ForBali. Menurut dia, pengerahan dalam jumlah besar ini dilakukan karena dari pengalaman selama beberapa kali aksi, massa ForBali rata-rata mengerahkan massa hingga lebih dari 2.000 orang. “Mereka biasanya kerahkan massa sampai 2.000 orang untuk demo. Kan nggak mungkin saya terjunkan pengamanan hanya 100 orang. Jadi, untuk mengimbangi atau setidak-tidaknya mendekati jumlah massa, kita terjunkan 550 personel,” jelas Arthana.
Demikian halnya dengan mobil water canon dan pasukan Dalmas disiagakan di areal Kantor DPRD Provinsi Bali, guna mengantisipasi adanya gesekan saat aksi berlangsung. “Setiap aksi selalu kita siapkan. Kan tidak mungkin pas ada kejadian, baru kita ke polres ambil water canon,” ujarnya.
Ironisnya, pengerahan pasukan dalam jumlah besar ke Kantor DPRD Provinsi Bali ini justru sia-sia. Sebab, ribuan massa ForBali yang turun ke jalan, justru tidak merancang aksi dengan memasuki area Gedung Dewan. Massa aksi hanya mengelilingi area Kantor Gubernur Bali sambil berorasi, membunyikan kulkul, tektekan, baleganjur serta melakukan pementasan seni dan musik.
Adapun di Gedung DPRD Provinsi Bali, aparat kepolisian justru disiagakan sejak ukul 11.00 Wita. Selain di halaman gedung, pengamanan ketat juga dilakukan di dalam gedung, guna menghindari massa memasuki gedung wakil rakyat berlantai tiga itu. (kev/rik) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com / www.instagram.com/mdsnacks