Ekbis  

Emas Jatuh Di Tengah Tingkat Outlook Suku Bunga AS

Emas Jatuh Di Tengah Tingkat Outlook Suku Bunga AS
Harga emas jatuh seiring meredanya konflik di Ukraina dan Timur Tengah serta membaiknya perekonomian Amerika

EMAS jatuh ke level terendahnya dalam dua bulan terakhir di New York seiring prospek tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi mengurangi daya tarik logam untuk investasi alternatif. Platinum menuju penurunan tajam sejak 27 tahun terakhir di London.

Banyak pembuat kebijakan AS yang ingin meningkatkan tingkat suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan, kemarin Federal Reserve menunjukkan risalah pertemuan pada Juli lalu.

Lebih sedikit warga Amerika dari yang diperkirakan sebelumnya mengajukan klaim pengangguran pada pekan lalu, menandakan peningkatan pasar tenaga kerja dan memperkuat spekulasi kenaikan suku bunga AS yang lebih tinggi.

Sementara hari ini dolar stagnan mencapai level enam bulan tertingginya terhadap 10 mata uang utama lainnya menjelang diperdagangkan. Bullion berjangka diperdagangkan lebih dari dua kali lipat sejak bulan Desember 2008 silam dibandingkan dengan bulan September 2011 lalu ke level $ 1,923.70 per ons terkait The Fed membeli utang dan menurunkan suku bunga rendah guna memacu pertumbuhan perekonomian.

Tahun lalu harga emas mengalami penurunan sebesar 28 persen karena naiknya pertumbuhan ekonomi global dan The Fed mulai mengurangi pembelian obligasinya. Di tahun ini logam mulia telah mengalami kenaikan sebesar 6,1 persen, karena konflik di Ukraina dan Timur Tengah telah meningkatkan permintaan aset safe haven tersebut.

Emas berjangka untuk pengiriman bulan Desember melemah sebesar 1,5 persen untuk menetap di level $ 1,275.40 pada pukul 1:43 di Comex New York, setelah sebelumnya menyentuh level $ 1,273.40, yang merupakan level terendahnya untuk kontrak teraktif sejak 18 Juni lalu. Harga emas jatuh untuk sesi kelima, penurunan terpanjangnya sejak 2 Juni lalu.

Diprediksi harga emas masih akan mengalami tekanan sampai pekan depan dan dolar makin menguat bila tidak ada gejolak di Ukraina dan Timur Tengah serta makin membaiknya perekonomian Negeri Paman Sam. (Ist)