Semua  

DPRD Jatim Yakin Dibukanya Wisata Baru Hasilkan Ekonomi Kreatif

Pranaya Yudha Mahardhika.
Pranaya Yudha Mahardhika.

ANGGOTA Komisi B DPRD Provinsi Jatim, Pranaya Yudha Mahardhika, mengatakan, terbukanya wisata baru akan menghasilkan ekonomi kreatif. Masyarakat sekitar tempat wisata juga akan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, jika anggaran dikepras, dewan pesimistis Jatim akan mampu meraup tambahan PAD. “Apalagi presiden sudah sejak lama meminta sektor pariwisata didorong untuk meningkatkan pendapatan,” tandas politisi asal Partai Golkar ini, Rabu (2/11).

Di sisi lain, diharapkan Dinas Pariwisata Provinsi Jatim harus mampu memantau potensi wisata Jatim yang selama ini belum tergali. Wisata baru nanti digarap secara optimal sehingga bisa meningkatkan destinasi wisata dan kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. “Dengan demikian, akan membawa dampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat sekitarnya,” ujarnya.

Pengeprasan anggaran di Dinas Pariwisata Jatim hingga Rp 30 miliar oleh Pemprov Jatim menuai protes Komisi B DPRD Jatim. Dewan menilai anggaran tak perlu dikepras. Pasalnya, pariwisata merupakan salah satu sektor andalan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.

Pranaya Yudha menegaskan, sebenarnya beberapa daerah di Jatim cukup memiliki wisata alam yang belum mendapat penanganan secara maksimal dari pemerintah, utamanya di daerah terpencil. Hal tersebut seharusnya disokong anggaran yang cukup untuk memperbaikinya. Namun kenyataannya justru anggarannya dikepras sebesar Rp 30 miliar dari sebelumnya yang mencapai sekitar Rp 120 miliar.

Atika Banowati.
Atika Banowati.

Hal senada diungkapkan Anggota Komisi B DPRD Jatim, Atika Banowati. Menurutnya, sektor pariwisata notabene dapat mendongkrak UKM dan UMKM. Keduanya berkaitan erat dan tidak bisa dipisahkan. Artinya, sektor pariwisata memiliki efek multiplayer dengan masyarakat bawah.

Komisi B merasa prihatin dengan anggaran yang ada yang lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya. Padahal, pariwisata menjadi sektor yang diharapkan bisa mendatangkan tambahan devisa sekaligus sektor yang memiliki multiplayer effect terhadap sektor lainnya.  “Muaranya adalah terhadap pertumbuhan ekonomi melalui jasa pariwisata, UMKM di sekitar obyek wisata, dan sekaligus daya tarik untuk investasi jangka panjang,” ungkapnya.

Seharusnya sektor pariwisata dipacu lagi dengan promosi pariwisata ke berbagai daerah, baik di dalam maupun luar negeri. Juga harus ada peningkatan kesadaran wisata bagi masyarakat di sekitar obyek wisata unggulan Jatim.

Sebenarnya banyak destinasi wisata Jatim yang perlu suntikan dana. Misalnya, Omah Kayu di Kota Batu. Di sini pengunjung bisa melihat pemandangan area persawahan dari ketinggian. Semilir angin khas Kota Batu menambah nilai kenikmatan ketika nongkrong di rumah kayu tersebut. Bagi pengunjung yang sedang atau berencana berlibur di Batu seharusnya memasukkan tempat ini ke dalam destinasi obyek wisata yang didatangi.

Ada lagi destinasi wisata air terjun Coban Rondo yang sudah tidak asing lagi dalam wisata Jatim. Coban Rondo merupakan salah satu dari sekian banyak obyek wisata yang ada di Malang. Coban Rondo sendiri memiliki arti tersendiri dalam bahasa Jawa. Coban dalam bahasa Jawa memiliki arti air terjun dan Rondo berarti Janda. Kalau menurut sejarahnya goa berair terjun ini memiliki nilai sejarah yang sekaligus memiliki pesona wisata yang menarik. (F.809) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com / www.instagram.com/mdsnacks