GREBEG Maulid atau lebih dikenal Grebeg Mulud memang langka keberadaannya di Kota Surabaya. Ketua DPRD Kota Surabaya, Armuji, sangat mengapresiasi keberlangsungan nilai-nilai kearifan lokal yang mentradisi di kampung-kampung Kota Surabaya. Seharusnya kegiatan ini tidak hanya digelar tingkat kampung, tapi sudah level kota.
“Kalau di daerah lain ada Grebek Suro, saatnya diciptakan Grebeg Maulid di Surabaya. DPRD siap mensupport dan menganggarkan dana untuk pengembangan destinasi wisata tradisi. Kami mencatat ada anggaran untuk pengembangan wisata Rp 2 miliar yang tak terserap. Ini patut disayangkan,” ungkap Cak Ji (panggilan akrab Armuji), Selasa (20/11).
Grebeg Maulid tidak saja langka di kehidupan metropolis Surabaya. Namun inisiasi warga itu mengandung nilai mulia, selain ada unsur wisata dan menghibur.
Armuji dan Wakil Walikota Surabaya, Whisnu Sakti Buana, memimpikan Grebeg Maulid ini bisa berlangsung dalam skala lebih besar.
“Luar biasa dan saya bangga. Kalau pelaksanaannya diperluas menjadi tingkat kecamatan bahkan level kota, mestinya bisa. Apalagi DPRD mendukung penuh,” kata Whisnu.
Anggota DPRD Surabaya yang juga politisi PDIP, Baktiono, menambahkan, ada nilai tradisi yang konsisten dijaga di Kampung Rangkah, yakni selalu menggelar Grebeg Maulid setiap tahun. Belum lagi dengan tradisi tahunan tersebut mampu memupuk nilai keberagaman dan kesatuan warga. Menurut Baktiono, Grebeg Maulid adalah kegiatan warga yang patut mendapat apresiasi.
Semua warga berperan aktif dalam Grebeg Maulid, hingga warga pun dengan guyub berebut tumpeng di akhir acara. Ratusan warga memadati jalan kampung di Kelurahan Rangkah, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya. Mereka menantikan prosesi Grebeg Maulid yang sudah puluhan tahun digelar di kampung ini. Prosesi acara memperingati Hari Besar Islam Maulid Nabi Muhammad SAW yang melibatkan semua lapisan masyarakat itu dipusatkan di Kampung Rangkah Gang Buntu. Mereka mengajak semua warga berpartisipasi untuk syukuran bersama.
Warga saling bahu-membahu, membuat tumpeng gunungan dari hasil bumi, sayur-mayur, buah, kue, dan aneka makanan dijadikan semacam berkat. Kemudian hasil urunan warga itu diarak keliling kampung. Tidak hanya ibu-ibu PKK dan bapak-bapak yang diajak memeriahkan Grebeg Maulid. Semua anggota Karang Taruna dan siswa-siswi Taman Pendidikan Al Quran (TPQ), serta kelompok masyarakat yang lain juga berpartisipasi. Warga terlihat bersemangat dan guyub.
Tradisi warga Kampung Rangkah ini dihadiri Wakil Walikota Surabaya, Whisnu Sakti Buana, Ketua DPRD Surabaya, Armuji, Anggota DPR RI, Puti Guntur Soekarno, Anggota DPRD Surabaya, Baktiono, dan para tokoh masyarakat.
“Warga urunan untuk membuat kreasi tumpeng sendiri. Semangatnya adalah menciptakan suasana kebersamaan dan guyub. Ibu-ibu juga tak mau ketinggalan tampil dengan kreasi mereka,” kata Ketua RT 06 Rangkah Buntu, Sigit Sudartono. (F.809)