Majalahfakta.id – Pandemi Covid-19 selama dua tahun ini membawa dampak yang sangat dirasakan masyarakat, seperti pedagang, pengusaha maupun buruh-buruh lainya. Bahkan masih banyak yang lainya lagi sehingga perkonomian ibaratnya nyaris mandek.
Wartawan Majalahfakta.id , Kamis (09/12/2021) menemui salah seorang buruh pekerja di jalanan atau pembersih taman kota. Sebut saja Anton (46) yang enggan nama aslinya dipublikasikan menjelaskan, selaku buruh pertamanan yang kini bergabung ke Dinas Pertanian , menceritakan pengalamanya.
Kalau dirinya menjadi tenaga honorer di Dinas Pertamanan Kota Bandar Lampung, sejak tahun 1995. Lanjut Anton bercerita, dengan bermodal sabar akhirnya tahun 2005 diterima menjadi PNS di Dinas Pertamanan Kota yang kini bergabung ke Dinas Pertanian Hortikultural. Jadi, dirinya kini mengorek-ngorek rumput dan membersihkan taman Kota Bandar Lampung yang berlokasi di sepanjang Jalan Teuku Umar.
Tanpa rasa malu dan lelah hujan panas tugas ya tetap tugas. Bekerja sejak pukul.07.00 WIB – pukul 12.00 WIB. Selanjutnya istirahat, pulang ke rajabasa , tapi sebelum pulang ke rumah. Dirinya harus absen di UPTD di Kemiling Tanjung Karang Timur.
Kini, meskipun sebagai PNS golongan ll/C di atas kertas dirinya staf kantor namun kerjanya tetap saja di lapangan sebagai pembersih taman kota. Anton juga mengatakan dengan nada sedikit sedih, gaji yang tiap bulan dirinya terima kurang lebih Rp 3,5 juta. Dinilai masih pas-pasan.
Mengingat untuk membiayai keluarga terdiri dari satu orang istri dan tiga orang anak yang semuanya membutuhkan biaya besar. Anak pertama baru saja masuk UIN sudah jelas butuh biaya besar , sedang anak nomor dua masih duduk di tingkat SLTA swasta yang ada di Bandar Lampung, sedangkan anak ketiga masih duduk di SD kelas 2.
Jadi uang hasil gaji sekisar Rp 3,5 juta tersebut masih tergolong belum mencukupi. Tapi untungnya kami juga dapat tunjangan kinerja sekisar Rp 1,5 juta. Tapi sayang akibat kita di landa Covid-19, semuanya macet.
Tunjangan kinerja kami tahun 2021 misalnya, ini baru satu kali dibayarkan Pemerintah Kota, yaitu pada bulan Maret 2021. Sedangkan bulan Desember 2021 ini belum sama sekali. “Yang jelas kalau cair 11 bulan agak lumayan harapnya, karena biaya untuk anak masuk perguruan tinggi butuh biaya besar,” ujar Anton.
Anton juga sangat menyayangkan adanya pandemi Covid-19. “Selain terimbas ke orang-orang kecil seperti kami ini, juga temasuk pemerintahan daerah , sebab buktinya kinerja kami 11 bulan gara-gara Covid-19 itu macet semuanya,” tutur Anton.
Lain lagi cerita Dwi Septian (29) yang tinggal di daerah Pahoman. Sebagai honorer tukang sapu jalanan yang per bulanya dapat gaji sekitar Rp 2 juta, dirinya bekerja menggantikan bapaknya yang sudah menua. Dirinya berharap semoga kelak bisa juga diangkat PNS oleh pemerintah. (wis/her )






