Di Batola, Bupati Jamin Lahan Pertanian Tak Beralih Fungsi

Bupati Barito Kuala, H Hasanuddin Murad SH
Bupati Barito Kuala, H Hasanuddin Murad SH

Miliki Lahan Rawa Tapi Jadi Lumbung Beras
PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), bertekad mempertahankan lahan rawa seluas 100 ribu hektar untuk areal pertanian abadi yang tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan lain, meskipun saat ini ada ‘gempuran’ untuk alih fungsi lahan dari pertanian ke perkebunan.
Bupati Barito Kuala, H Hasanuddin Murad, mengatakan, banyak pengusaha perkebunan yang menawarkan pemanfaatan rawa untuk perkebunan, namun Pemkab Batola tetap memperjuangkan agar lahan 100 ribu hektar tersebut bisa menjadi lahan abadi pertanian.
Di Kabupaten Batola, menurut Bupati Hasanuddin Murad, banyak potensi pemanfaatan lahan rawa yang jauh lebih menguntungkan selain menanam padi dan kelapa sawit. Potensi lain yang cukup menjanjikan adalah perkebunan jeruk yang kini sudah dikembangkan di daerah yang minim sumber daya alam tersebut.
Para petani di Kabupaten Batola yang sudah sejak ratusan tahun berkecimpung di sektor pertanian rawa tersebut memiliki falsafah hidup bahwa mereka ‘tidak menanam maka tidak makan’.
Karena itu, sebagian besar petani hampir tidak tergiur dengan iming-iming keuntungan yang lebih besar, yakni menanam sawit dibanding dengan menanam padi.
Sikap petani tersebut haruslah dihargai dengan upaya pemerintah untuk terus memberikan kesempatan dan peluang bagi mereka agar bisa maju dan tetap setia menanam padi.
Di Kabupaten Batola, terdapat 120 ribu hektar lahan rawa yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian. Meskipun dari jumlah tersebut, baru 95 ribu hektar yang dimanfaatkan dan 6 ribu hektar atau 30 persen yang telah tanam dua kali, sehingga produksi beras Batola terus bertambah beberapa kali lipat. Hal tersebut tentunya sangat menguntungkan bagi ketersediaan pangan nasional.
Lahan pertanian di Kabupaten Batola dalam satu hektar bisa menghasilkan padi antara 4,5 hingga 5 ton, dan ini bisa dioptimalkan hingga 8 ton bahkan lebih. Karena para petani sudah menggunakan peralatan pertanian modern, mulai dari menanam hingga memanen.
Bupati Batola, H Hasanuddin Murad, menegaskan, sampai saat ini hingga nanti Kabupaten Batola akan tetap mempertahankan wilayah pertaniannya. Para pengembang, terangnya, baik dari pihak developer atau pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit tidak akan diberi kesempatan merubah kawasan tersebut menjadi tempat komersil. “Jadi pihak Pemprov Kalsel jangan kuatir. Kami tidak akan memberikan izin kepada para investor yang ingin menggunakan lahan tersebut untuk kegiatan komersil,” tegasnya di depan Gubernur Kalsel dan rombongan ketika berkunjung ke Kabupaten Barito Kuala.
Hasanuddin Murad mengatakan bahwa kawasan Kecamatan Mandastana merupakan kawasan yang berdekatan dengan Kecamatan Alalak. Kedua kawasan tersebut, jelasnya, merupakan daerah yang berdekatan dengan ibu kota Provinsi Kalsel yakni Kota Banjarmasin.
Melihat akses kedekatan dengan ibu kota provinsi tersebut, bebernya lagi, maka di dua kawasan itu terus dilakukan upaya percepatan pembangunan, yang tujuannya untuk mempermudah akses pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat. “Kami berharap kepada Bapak Gubernur Kalsel, khusus untuk dua daerah kecamatan ini untuk bisa mendapatkan perhatian dalam hal sarana transportasi. Kami berharap nanti pada tahun 2017 ada uluran tangan dari pihak Pemprov Kalsel untuk masalah pelebaran jalan di dua kawasan tersebut,” ujarnya.
Seperti diketahui Kabupaten Barito Kuala sebagian besar dari luas lahannya adalah lahan pasang surut (287.922 Ha = 96,07%) dan sedikit lahan lebak (11.774 Ha = 3,93%), namun merupakan penyedia utama beras (329.095 ton GKG = 16,65%) di Provinsi Kalsel. Lahan sawah fungsional mencapai lebih dari 95.869 Ha, berarti Kabupaten Barito Kuala masih sangat memungkinkan untuk melakukan peningkatan produksi berasnya melalui ekstensifikasi.
Apabila juga dilakukan peningkatan produksi melalui intensifikasi maka Kabupaten Barito Kuala yang notabene adalah lahan rawa benar-benar menjadi lumbung beras nasional.
Selama kepemimpinan Bupati H Hasanuddin Murad SH (2007-2012) produksi beras Kabupaten Barito Kuala meningkat rata-rata menjadi 330.687 ton GKG atau berkontribusi 17,83% terhadap produksi padi Provinsi Kalsel. Sedangkan produksi jeruknya mencapai 64,79% dari total produksi jeruk Kalsel. Kedua komoditas ini telah memberikan kesejahteraan kepada petani di Kabupaten Barito Kuala.
Meskipun lahan di Kabupaten Barito Kuala saat ini sudah mulai dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit, namun Pemkab Batola melakukan pembatasan untuk pengembangannya, yakni 120.000 hektar untuk areal tanaman padi dan 103.000 hektar untuk perkebunan kelapa sawit.
“Ini dilakukan agar pengembangan kelapa sawit tidak melewati batas luasan areal tanaman padi yang sudah ditetapkan,” katanya.
Kepada masyarakat diharapkan dapat memahami batasan ini dalam upaya menjaga kelestarian budidaya pertanian padi.
Sementara kepada para investor sawit juga diharapkan dapat memahami ketentuan supaya tidak mudah tergiur membeli lahan pertanian milik masyarakat untuk dijadikan sebagai perkebunan kelapa sawit.
Apa yang dilakukan Pemkab Batola tersebut tidak lain semuanya ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan petani dan seluruh masyarakat Kabupaten Barito Kuala. (Tim)
www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com