Daerah  

Dewan Minta Pemkot Surabaya Desain Ulang Wisata Religi Ampel

Pemkot Surabaya diminta melakukan pembenahan menyeluruh di kawasan wisata Ampel, terutama menyangkut nasib para pedagangnya
Pemkot Surabaya diminta melakukan pembenahan menyeluruh di kawasan wisata Ampel, terutama menyangkut nasib para pedagangnya

PERMINTAAN Komisi C DPRD Kota Surabaya agar Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mendesain ulang Kawasan Wisata Religi Ampel, khususnya soal pengaturan pengunjung dari terminal bus kawasan wisata ke Makam/Masjid Sunan Ampel atau sebaliknya telah disampaikan ke Bappeko. Komisi yang membidangi pembangunan itu menyarankan, Pemkot Surabaya dalam waktu dekat segera mengumpulkan SKPD-SKPD terkait untuk mendesain ulang kawasan wisata Ampel.

“Kita tunggu action pemerintah kota secepatnya, agar persoalan pedagang di lapangan tidak berlarut-larut tanpa solusi,” tegas Anggota Komisi C DPRD Kota Surabaya, M Machmud.

Mengenai PKL Ampel, Wakil Ketua Komisi C, Buchori Imron, mengemukakan, penertiban oleh Satpol PP seharusnya tidak terjadi jika pemkot mengkonsep dengan matang setiap pembangunan sentra PKL.

Terkait pedagang di kawasan wisata Ampel, Buchori minta Bappeko dan dinas terkait menata ulang. “Harusnya ditata dulu, baru kemudian dilakukan penertiban,” kata Buchori.

Dia mencontohkan kawasan wisata Makam Bung Karno di Kota Blitar. Menurutnya, pengunjung yang akan berziarah ke makam Presiden pertama RI tersebut harus berjalan agak jauh untuk menuju lokasi makam. Saat menuju makam Bung Karno, pengunjung melewati stan-stan pedagang yang banyak menjual bermacam-macam cinderamata hingga makanan khas Blitar. Penataan seperti inilah, yang menurut Buchori, harus dilakukan di kawasan wisata Ampel.

Dalam hal ini Komisi C DPRD Surabaya tetap mendesak Pemerintah Kota Surabaya mendesain ulang Kawasan Wisata Religi Ampel. Khususnya soal pengaturan pengunjung dari terminal bus di kawasan wisata tersebut. Politisi asal Partai Demokrat, M Machmud, mengatakan, pembenahan kawasan wisata Ampel sudah sangat mendesak. Pasalnya, belakangan para pedagang di kawasan wisata Ampel resah karena kerap diobrak-obrak petugas Satpol PP.

Menurut Machmud, pada Selasa (9/2) para pedagang kaki lima (PKL) setempat mendatangi Komisi C. Mereka mengeluh karena hampir tiap hari harus berkejaran dengan petugas Satpol PP yang melakukan penertiban. Polisi pamong praja menertibkan pedagang yang menggelar dagangannya di tempat yang tidak diperbolehkan. “Padahal, para pedagang ini terpaksa berjualan di tempat yang memang seharusnya tidak boleh, karena stan PKL yang disediakan sangat sepi, tidak ada pembeli,” sebut Machmud, Kamis (11/2).

Berangkat dari persoalan ini, katanya, Komisi C minta pemerintah kota, dalam hal ini Bappeko, melakukan pembenahan menyeluruh di kawasan wisata Ampel. Terutama menyangkut nasib pedagang. Agar diupayakan pengunjung yang naik bus, setelah turun di terminal, harus melewati semua stan di sentra PKL kawasan wisata Ampel.

“Jadi, saat menuju makam Sunan Ampel atau Masjid Ampel, harus melewati stan para pedagang. Ini seperti yang dilakukan di kawasan wisata religi di daerah lain, sehingga semua pedagang berpotensi dagangannya laku,” papar mantan wartawan ini.

Sementara yang terjadi selama ini, jelas Machmud, begitu turun dari bus, pengunjung lewat samping PMK, kemudian menyeberang jalan, lalu masuk gang menuju Masjid Ampel. Sehingga stan-stan pedagang di sentra PKL yang disediakan, sama sekali tidak dilewati pengunjung. “Jadi, ya manusiawi, kalau kemudian para pedagang ‘jemput bola’ hingga dekat gerbang masuk Masjid Ampel yang seharusnya tidak boleh,” ujarnya.

Seperti diketahui, Masjid Ampel yang dikenal sebagai masjid terbesar nomor dua di Surabaya ini kini tidak henti-hentinya diramaikan para peziarah yang ingin melihat langsung makam Sunan Ampel dari dekat. Bahkan setiap menjelang dan selama bulan ramadhan makam dan masjid Sunan Ampel di Surabaya selalu dipadati pengunjung. Di tempat ini banyak para pencari nafkah dengan berdagang kebutuhan peziarah hingga oleh-oleh (buah tangan) khas masjid Ampel Surabaya.

Masjid Sunan Ampel yang dibangun dengan gaya arsitektur Jawa kuno dan nuansa Arab Islami yang sangat lekat ini, terasa kental bagi masyarakat setempat hingga manca negara. Dari arah selatan tepatnya di Jalan Sasak terdapat Gapuro bernama Gapuro Munggah, di mana peziarah akan menikmati suasana perkampungan yang mirip dengan pasar Seng di Masjidil Haram Makkah, yang menggambarkan seorang muslim wajib naik haji jika mampu.

Setelah melewati lorong perkampungan yang menjadi kawasan pertokoan dan PKL yang menyediakan segala kebutuhan, mulai busana muslim, parfum, kurma dan berbagai asesoris orang yang sudah pernah melakukan ibadah haji lengkap tersedia di pasar Gubah Ampel Suci.

Kemudian peziarah dapat melihat sebuah Gapuro Poso (Puasa) yang terletak di selatan Masjid Sunan Ampel. Kawasan Gapuro Poso ini memberikan suasana pada bulan puasa Ramadhan, yang artinya seorang muslim wajib berpuasa.

Selesai melewati gapura, peziarah akan memasuki halaman masjid, di sana akan tampak bangunan Masjid Induk yang megah dengan menaranya yang menjulang tinggi yang dibangun oleh Sunan Ampel, dan sampai sekarang masih tetap utuh baik menara maupun tiang penyangganya.

Banyak para peziarah menghabiskan waktunya untuk salat, berzikir, tadarus dan bahkan tidak sedikit peziarah yang berdoa di samping makam Sunan Ampel.

Setelah selesai, perjalanan dapat dilanjutkan, dan peziarah akan menjumpai Gapuro Ngamal, yang artinya bershodaqoh. Shodaqoh itu pun digunakan untuk pelestarian dan kebersihan kawasan masjid dan makam. Itu pun menggambarkan Rukun Islam tentang wajib zakat.

Gapura lainnya yang letaknya tidak jauh dari tempat tersebut yakni Gapuro Madep, persis di sebelah barat Masjid Induk, dan di sana para peziarah akan menjumpai makam Mbah Shanhaji, sebagai simbol arah kiblat Masjid Agung Sunan Ampel, yang menggambarkan sholat menghadap kiblat.

Terakhir, para peziarah akan melihat Gapuro Paneksen untuk masuk ke makam. Ini menggambarkan sebagai syahadat “bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah”.

Hal lain yang dapat menjadi daya tarik peziarah adalah di lokasi tersebut terdapat sumur yang dulu dibuat oleh Sunan Ampel dan pengikutnya. Masyarakat sekitar meyakini, dengan meminum air sumur yang berada di belakang masjid akan membawa berkah tersendiri.

Selain sumur, bentuk peninggalan unik bernilai religi dan berarsitektur Islami lainnya adalah masjid yang masih berdiri kokoh. Hingga kini, kawasan Masjid Ampel semakin terkenal. Tidak hanya dari dalam kota, pengunjung terus berdatangan dari berbagai penjuru tanah air dan manca negara, karena tidak ingin menyia-nyiakan tempat bersejarah itu.

Tidak ketinggalan, di lokasi ini banyak ditemukan pedagang kaki lima yang menjual berbagai aksesoris keperluan shalat, pernak-pernik, berbagai makanan khas Ampel ‘Kue Ebi’, hingga ditemukan makanan Arab atau yang disebut ‘gulai Arab’. (F.809) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com