Semua  

DESA TULUNG REJO SALURKAN BANTUAN DARI DINSOS BOJONEGORO

Kades Tulungrejo, Darto SE, ketika menyerahkan bantuan sembako secara simbolis.
Kades Tulungrejo, Darto SE, ketika menyerahkan bantuan sembako secara simbolis.
Kades Tulungrejo, Darto SE, pendamping dari Dinsos (Ustadz Lukman), dan Babinsa Moch Zaini.
Kades Tulungrejo, Darto SE, pendamping dari Dinsos (Ustadz Lukman), dan Babinsa Moch Zaini.

BERTEMPAT di Balai Desa Tulungrejo, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, pada hari Rabu (22/4/2020), berlangsung penyerahan 250 paket sembako bantuan dari Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Bojonegoro. Kekurangannya, desa akan menyisihkan bantuan sembako sesuai musdes. Tak lama lagi, setelah musyawarah desa (musdes), baru dibagikan.

Menurut Kades Tulungrejo, Darto SE, didampingi seluruh perangkat yang masih ada, Babinsa Moh Zaini, pendamping desa Ustadz Lukman, serta Ketua RT H M Lahji, memaparkan bahwa apa yang telah dilaksanakan sesuai juknis, sesuai anjuran pemerintah, dengan sasaran sesuai kriteria. Sembako itu dibagikan ke warga di 14 RT hasil seleksi. Dan kekurangannya sebanyak 467 KK, desa sudah menganggarkan dengan isi 5 kg beras, 10 mie instan, minyak goreng 1 liter, serta gula 1 kg, dengan anggaran sekitar Rp 90 jutaan yang bersumber dari dana ‘P’ tahun 2019, dengan meng-cancel 4 (empat) titik, dengan estimasi bisa ditunda pembangunannya, yakni drainase, rehab cungkup makam, pavingisasi RT 1 dan irigasi. “Semua terdampak, bukan hanya yang miskin saja, tetapi semua merasakan dampaknya. Oleh karena itu agar tidak memunculkan kecemburuan sosial, maka Pemdes Tulungrejo secepatnya merealisasikan bantuan sembako itu agar tidak terkesan yang menerima sembako dari Dinsos sudah habis tinggal plastiknya kok warga yang lain belum menerima. Untuk mengantisipasi hal itu, ini kami masih mencari pihak ketiga untuk ‘ngebosi’ dulu. Semua sudah disosialisasikan kepada warga melalui ketua RT masing-masing”.

Kades Tulungrejo, Darto SE, ketika menyerahkan bantuan sembako secara simbolis.
Kades Tulungrejo, Darto SE, ketika menyerahkan bantuan sembako secara simbolis.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk karantina/isolasi warga rantau ditempatkan di gedung PKK, kapasitasnya 32 orang. “Namun, jika dibutuhkan hingga 100 orang juga ada, tapi sementara ini di gedung PKK dulu yang kapasitasnya 32 orang. Itu pun sudah dicicipi oleh 3 orang yang pulang dari rantau. Namun, setelah tiap pagi dikontrol dan kondisinya sehat dan tak ada gejala Corona maka dilakukan isolasi/karantina mandiri, namun tiap pagi tetap dikontrol dan melakukan semua saran dari gugus desa/bidan desa yakni pola hidup sehat, berjemur, jaga jarak 1 meter, termasuk maaf ‘pisah ranjang’ sementara demi kesehatan dan keselamatan keluarga. Alhamdulillah, mereka mau dan menyadari arti penting kesehatan seperti lagunya Pak Haji Rhoma Irama yang berjudul Nilai Sehat”.

Warga Tulungrejo yang merantau sedikit, karena daripada merantau jauh untuk bekerja bila dihitung-hitung hasilnya masih lumayan kerja di Bojonegoro yang kebanyakan bertani secara semi teknologi, berdagang di pasar kota, pemasok jajanan, mebelair, kuliah. “Kalau yang katagori merantau bekerja/kuliah nggak ada 50 orang. Kalau dihitung termasuk berkeluarga di luar kota ya banyak,” ungkap Kades Darto,SE. (Sarjana Ekonomi) yang beristrikan Sarjana Sastra Bahasa Inggris.

Musdes Tulungrejo sebelum membagikan sembako.
Musdes Tulungrejo sebelum membagikan sembako.

Babinsa Tulungrejo, Moch Zaini, menambahkan bahwa kesiapan pencegahaan Covid-19 untuk Pemdes Tulungrejo semua sudah ready. “Gugus desanya di bawah komando langsung Pak Kades sudah memadai lebih dari cukup, termasuk gerbang pintu masuk dan jalur sebalan potong kompas Tulungrejo menuju Trucuk lewat jalan tengah sawah, juga sudah disiapkan oleh petugas. Patroli rutin dan kesadaran warganya  tinggi untuk mengurangi ngopi bareng, demikian pula pemilik warungnya. Disarankan tutup warung jam 9 malam, ini bukan akal-akalan Pak Kades atau Pemdes tetapi ini himbauan negara. Sehingga sadar mereka. Begitulah adanya”.

“Harapan kami secara pribadi maupun pemdes, semoga Corona yang berupa virus memilukan ini segera dibasmi oleh Allah SWT. Di samping melelahkan dan membuat kami karipan (bangun kesiangan) terus, juga lelah merogoh isi saku. Ditambah lagi tak ada waktu untuk tengok tanaman lombok dan tomat. Padahal itu bagian dari penunjang perekonomian keluarga kami. Ya Allah, segera sudahilah Covid-19 ini. Amiin,” ujar Kades Tulungrejo, Darto SE.

Wartawan Majalah FAKTA (Ekopurnomo) mengikuti prosedur namun sempat kaget ketika di-thermogen oleh Kasun Tulungrejo Suhartono. "Ndilalah alate korsleting".
Wartawan Majalah FAKTA (Ekopurnomo) mengikuti prosedur namun sempat kaget ketika di-thermogen oleh Kasun Tulungrejo Suhartono. “Ndilalah alate korsleting”.

Kasun Suhartono juga ikut mengomentari atas alat thermogen yang dipakai untuk mengecek tamu di kantor desa, termasuk Wartawan Majalah FAKTA (Ekopurnomo) yang saat dicek suhu panasnya 38,7 derajat. Tapi setelah cari orang lain untuk dicek hasilnya ternyata juga sama hanya selisih komanya saja. Akhirnya segera dipanggilkan tukang servis. Wartawan Majalah FAKTA sempat ‘ndredeg’. Karena ketika ditodongkan moncong thermogen menunjukan angka 38,7. Padahal saat di Trucuk yang berjarak 2 km, setelah disemprot cuma 32,3. Setelah alatnya diservis, suhu Wartawan Majalah FAKTA ternyata hanya 35,2. “Waduuuh, wartawan higienis terus mosok suhunya 38,7,” celoteh warga. (F.463)