DESA Kanten, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, merupakan ikon Kecamatan Trucuk dan sebagai lumbung pangan Kecamatan Trucuk. Karena topography dan iklim alamnya mendukung, ditunjang kepala desanya yang juga peduli perihal pangan.
Kalau ditilik dan dipelajari riwayat pendidikan formalnya, mulai dari tingkat dasar, ibtida’iyah, tsanawiyah, aliyah sampai perguruan tinggi IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Sunan Ampel, Surabaya, dan sekarang menjabat sebagai Kepala Desa Kanten, Drs Syamsul Hadi, yang juga mantan anggota DPRD dari Fraksi PKB ini sekarang berkosentrasi pada bidang pertanian.
Konsep Drs Syamsul Hadi memang jarang dimiliki dan diminati, yakni kalau berpikir politik saja tapi perut lapar ya ujungnya banyak nggladrah. “Politik itu perlu. Zaman nabi dulu juga sudah ada, karena politik adalah merupakan strategi. Termasuk kepala desa ini juga jabatan politik akan tetapi sekarang adalah berkosentrasi pada jenis politik bagaimana warga makmur, untuk berjuang mewujudkan Bojonegoro motoh dan berkah. Sarwo subur yang ditandur, warga makmur. Alhamdulilah Desa Kanten bisa juga identik sumber pangan, sumber protein,potensi alam dataran tinggi (pegunungan/hutan jati), daratan untuk ladang dan sawah di dataran rendah dekat aliran Bengawan Solo, ditunjang embung/waduk kecil,” kata kades yang teman kuliahnya Menpora, Imam Nakhrowi, ini.
“Konsep dari leluhur kami yakni bersumber dari Hadist Rasullah SAW yang artinya kurang lebih barang siapa yang melalui 10 perjalanan/perbuatan baik maka baginya bagian dari 10 perbuatan baik seperti yang dilakukannya itu. Demikian juga yang mengawali 10 perbuatan jelek, maka baginya juga kebagian dari 10 kejelekan seperti yang dilakukannya itu. Maka Kanten potensial jadi lumbung padi bersumber dari dataran rendah dan sedang, jagung di lereng pegunungan. bawang merah, melon, ketela pohon, ubi jalar, lombok, terong, tebu. Juga sapi, kambing, kerbau. Perihal rumput juga tidak telat. Oleh karena itu, bisa saja kalau bicara politik akan tetapi politik yang bermaslahat, bukan politik pembodohan. Politik bermanfaat adalah politik (strategi) yang bisa membawa kemakmuran warga. Ingat, barang siapa yang kondisi perutnya kenyang dari hasil yang halal (bercocok tanam) maka pikirannya akan selalu positif, hidupnya pun tenang, karena rajin sembahyang sujud lima waktu menyembah Tuhan (Allah Swt). Dan berpikir jernih, karena yang dimakan barokah, maka akan terjaga dan selalu sehat jiwa raga. Walau ada slogan di dalam badan yang sehat maka jiwa juga sehat”, itu tidak semua benar. Sebab bisa juga tambah gagah tapi emosian. Maka mari bersama belajar dari waktu ke waktu agar bukan hanya “ matoh” saja tetapi mari menuju MATOH AMANAT BAROKAH ( MAB )”.
Perihal padi, lanjut Kades Kanten yang sebelum jadi anggota dewan juga pernah menjadi kepala desa ini, yakni visi yang baru dirintis 3 bulan ini adalah sosialisasi budi daya penanaman padi verietas baru, yakni “beras hitam”. Keunggulannya adalah biaya rendah hasil berlipat bila dirupiahkan/dijual. Sosialisasinya tidak hanya pada warganya sendiri, akan tetapi se-Bojonegro yang kelompok taninya siap didatangi. “Pergilah kemiskinan sebab miskin mendekati kufur. Walau tidak semua. Jadikanlah Bojonegoro yang ahli bersyukur atas limpahan kemakmuran yang sudah tampak maupun masih dalam kandungan perut bumi. Agar selalu di lipat-lipat gandakan oleh yang memiliki jagat raya ini. Kita tidak boleh berprasangka buruk, tetapi harus saling asah, asih, asuh pada semuanya,” tutur Pak Kades Syamsul yang pernah mendatangkan penceramah WNI keturunan Pakistan, Mr HM Reza P Kalia SH MHum.
Camat Trucuk, Drs Mohammad Tarom, menambahkan, Desa Kanten memang banyak memiliki potensi hasil pertanian berupa padi, jagung, menyok, ubi jalar, bawang merah, melon, umbi-umbian , lombok, terong, kacang panjang, tebu, dan sumber gizi/protein hewani yakni pemasok daging ayam. Dan juga terdapat ratusan lembu dan kambing. Makmurnya Kanten itu memang selain karena kadesnya kreatif dan inovatif, alamnya juga mendukung, walau dataran tinggi namun tidak pernah kesulitan air, karena ada sumber artesis di kawasan hutan. “Dan didukung masyarakat yang agamanya juga kuat indentik desa para santri. Maka bertani pun bisa mengantar kemakmuran. Petani desa Kanten sangat variatif. Dan juga penghasil buah sawo. Bahkan saat menjelang puasa, melaksanakan pengajian dalam rangka haflah akhirul sanah, selain mendatangkan mubaliq lokal juga mendatangkan pembicara keturunan negeri Timur Tengah, Mr.H MReza”. (F.463)