Semua  

DEKLARASI DUKUNGAN ULAMA SE-JATENG KEPADA BRM M MUNIER TJAKRANINGRAT

KH Muhajir saat membacakan deklarasi tertulis dukungan ulama se-Jateng kepada BRM M Munier Tjakraningrat.
KH Muhajir saat membacakan deklarasi tertulis dukungan ulama se-Jateng kepada BRM M Munier Tjakraningrat.
KH Muhajir saat membacakan deklarasi tertulis dukungan ulama se-Jateng kepada BRM M Munier Tjakraningrat.
KH Muhajir saat membacakan deklarasi tertulis dukungan ulama se-Jateng kepada BRM M Munier Tjakraningrat.

BERTEMPAT di joglo Jl Sekarlangit RT2 RW 13 Pengilon, Mangunsari, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah (Jateng), dilaksanakan acara ‘’Deklarasi Dukungan Ulama Se-Jateng Kepada BRM M Munier Tjakraningrat’’ pada hari Jumat (30/8/2019).

KH Muhajir yang membacakan deklarasi tertulis itu menyebutkan bahwa perkumpulan ulama se-Jawa Tengah menyatakan sikap : 1. Siap memperjuangkan BRM M Munier Tjakraningrat untuk mendapatkan hak-haknya. 2. Menyatakan bahwa BRM M Munier Tjakraningrat adalah ahli waris yang sah dari Pakubuwono X dan Permaisuri GKR Mas/Hemas. Sehingga sangat berhak untuk kembali ke keratin. 3. Siap mengawal dan menjaga proses perjuangan ini dengan aman dan damai. 4. Siap sedia menjadi garda terdepan dalam menjaga kedaulatan keraton Surakarta yang baik dan benar. 5. Siap menjadi mitra strategis BRM M Tjakraningrat dalam mewujudkan keraton Surakarta yang rahmatan lil alamin dan menjaga umat beragama dan terciptanya kedaulatan keraton Surakarta. 6. Membantu keraton Surakarta untuk merawat Nusantara dan menjaga keutuhan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BRM M Munier Tjakraningrat saat membacakan sambutan terulisnya.
BRM M Munier Tjakraningrat saat membacakan sambutan tertulisnya.

Sebelumnya BRM M Munier Tjakraningrat dalam sambutan tertulisnya mengatakan,”Hadirin yang saya hormati, sungguh sangat terharu saya bisa berdiri di sini menatap wajah-wajah yang penuh dengan optimisme, yaitu wajah nusantara yang menghiasi ruangan ini dengan membawa pesan dan harapan baru untuk masa depan kraton Surakarta agar kembali kepada Khittahnya. Hadirin yang saya banggakan, hari ini adalah hari yang bersejarah di mana semua ide, gagasan, pikiran, kesadaran, tekad, semangat dan keberanian untuk mendobrak tembok yang selama ini menghalangi kebenaran, untuk mendobrak sejarah yang selama ini kita dininabobokan oleh insinuasi yang dibuat di atas kebohongan. Semua ini membuat kita terpanggil untuk bergerak memperjuangkannya, untuk bergerak mengungkapnya, untuk bergerak meluruskannya, untuk bergerak menjemputnya. Karena kebenaran tetaplah kebenaran, tidak bisa diganti oleh bahasa lain !!

Selama 80 tahun ini, saya tentu sangat menyadari bahwa ada sebuah kondisi yang tidak seharusnya terjadi, dan kondisi ini tentu berdampak kepada bengkoknya sejarah dalam kraton Surakarta, dan percayalah bahwa hari ini adalah saksi bagi kita semua, untuk kembali meluruskan kebengkokan sejarah tersebut. Semangat dan loyalitas dari hadirin semua tentu menjadi energi tambahan buat saya untuk kembali terpanggil dan muncul ke hadapan publik.

Tentu ada pertanyaan yang menghampiri kepada kami, kenapa selama ini kami membiarkan semua ini terjadi dan tidak pernah muncul sebagai ahli waris yang sah dari Eyang kami Pakubuwono X dengan Permaisuri GKR Mas/Hemas ? Jawabannya hanya satu yaitu “Kepatuhan”, kami dididik dalam keluarga kami agar menjunjung tinggi rasa hormat dan patuh kepada orang tua kami, ibunda kami anak tunggal dari Pakubuwono X dengan Permaisuri GKR Mas, yakni GKR Pembayun telah berpesan untuk tidak meributkan tahta dan harta kraton, kecuali ada panggilan dari pihak kraton agar meneruskan tahta kerajaan sebagai keturunan yang sah dari Pakubuwono X dengan Permaisuri GKR Mas. Sehingga selama ini, kami tidak mempermasalahkan hal itu.

Namun ketika ada yang memanipulasi silsilah keluarga kami maka kami sendiri pun terpanggil untuk memperjuangkannya. Ada pepatah mengatakan ; “Ketiga Pragmatisme menjadi sobat kekuasaan maka idealisme yang menyemai perlawanan”.

Hadirin, tentu masih lekat dalam ingatan kita pada tahun 2004, tepatnya ketika pasca wafatnya Pakubuwono XII kita telah dipertontonkan sebuah “Akrobat” Politik di kraton yang mengakibatkan kebisingan dalam kraton. Sehingga Keraton Surakarta sudah diketahui secara luas mengalami degradasi akibat adanya perselisihan internal yang sangat memalukan. Di mana dua pihak saling mengklaim sebagai pewaris tahta yang sah sehingga terdapat dualisme raja, saling berebut asset dan membangun pembatas, penghargaan dan gelar kehormatan semu diobral agar kas keraton yang kosong dapat terisi, dan belum lagi permasalahan hukum yang melibatkan anak dengan orang tua sendiri dan hal-hal lain yang sangat pelik untuk diungkap. Begitu pelik dan ruwetnya sengketa tersebut sampai-sampai Pak Jokowi, yang saat itu menjabat sebagai Walikota Solo, pernah ikut turun tangan memprakarsai perdamaian antar pihak yang berseteru agar tidak terus berlarut-larut menjadi tontonan dagelan berskala nasional.

Kenapa kami sebut Akrobat ? Karena kami hanya bisa tertawa melihat itu semua, yang hanya mengakibatkan menurunnya marwah kraton Surakarta. Dan ironisnya sampai detik ini mereka belum ada itikad baik untuk menghubungi kami agar meneruskan tahta kraton Surakarta sebagai keturunan yang sah dari Pakubuwono X dan Permaisuri GKR Mas.

Yang perlu digarisbawahi adalah ternyata semasa hidupnya Pakubuwono XII sendiri telah berpesan kepada anak-anaknya agar mencari keturunan yang sah dari Pakubuwono X dan Permaisuri GKR Mas untuk mempersiapkan diri diminta untuk meneruskan tahta kerajaan kraton Surakarta, Namun hal itu pun tidak dilakukan oleh anak-anaknya, sehingga berdampak adanya akrobat tersebut.

Waktu terus berlalu dan musim pun silih berganti, kraton pun kembali normal dengan format Pakubuwono XIII dan Mahapatih, dengan masih meninggalkan sisa konflik kraton yang masih tercium sehingga publik pun menduga masih belum islah seutuhnya.

Kemudian seiring berjalannya waktu ada oknum yang berniat menguasai harta peninggalan Pakubuwono X dengan mencoba memanipulasi silsilah keturunan dari Pakubuwono X dengan Permaisuri GKR Mas, tentu membuat kami harus muncul hanya untuk memperjuangkan kebenaran silsilah tersebut. Dalam perjalanan kami memperjuangkan silsilah tersebut, tak disangka banyak dukungan dan dorongan dari para loyalis Pakubuwono X dan orang-orang yang peduli terhadap kraton Surakarta kepada kami agar kembali dan meneruskan kraton Surakarta sebagai pewaris yang sah dari Pakubuwono X dengan Permaisuri GKR Mas.

Dan puncaknya pada hari ini yang ditandai dengan hadirnya bapak/ibu/saudara/i semua, yang secara suka rela membuat acara ini. Semoga apa yang anda lakukan hari ini dibalas oleh Allah SWT dengan berlipat balasan kebaikan, dan kami memohon keikhlsan doa dari semuanya agar perjuangan ini cepat selesai dan menemukan titik terang. Pepatah mengatakan : “Ketika ikhtiar sudah di garis batas, maka giliran doa yang bertarung di atas langit”. Mudah-mudahan doa kita-lah yang memenangkan pertarungan itu.

Terakhir, kami mengucapkan terima kasih banyak atas dedikasi dan kristalisasi keringatnya kepada semua pihak yang telah sudi dan andil dalam perjuangan kami serta mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam perjuangan ini banyak kata dan tindakan kami yang melukai perasaan semua.

Dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim seraya mengharap ridho-Nya, serta didukung dengan dorongan dari masyarakat dan semua elemen, atas nama keluarga besar pewaris yang sah dari Pakubuwono X dengan Permaisuri GKR Mas, kami SIAP untuk meneruskan kepemimpinan di kraton Surakarta”. (F.867)