Daerah  

Dari Banjarbaru, Suara Optimisme dengan Pancasila

FAKTA – Di halaman Balai Kota Banjarbaru, Rabu pagi (1/10/2025), barisan Aparatur Sipil Negara berdiri rapi. Dalam suasana khidmat. Sirajoni, Penjabat Sekretaris Daerah Kota Banjarbaru, tampil memberi amanat. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang digelar saban tahun ini kembali menjadi panggung refleksi apakah Pancasila benar-benar hidup di tengah masyarakat, atau sekadar dibacakan setiap upacara?

“Peringatan ini bukan hanya seremoni,” tegas Sirajoni, dengan suara yang menggema ke seluruh lapangan. Ia mengingatkan bahwa Pancasila mesti menjadi benteng menghadapi gelombang deras globalisasi, liberalisasi, hingga postmodernisme yang kian menembus batas ruang dan waktu.

Nada suaranya meninggi saat menyebut bahaya radikalisme. “Paham ini bertentangan dengan Pancasila. Ideologi bangsa kita menekankan kebhinekaan, toleransi, dan harmoni. Tanpa itu, mustahil kita bisa hidup damai dalam bingkai NKRI,” ujarnya.

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila memang rutin dilaksanakan, namun sorotan Sirajoni mencerminkan keresahan yang lebih dalam. Globalisasi tidak hanya membawa arus teknologi dan informasi, tetapi juga nilai-nilai yang sering kali berlawanan dengan jati diri bangsa.

Di banyak tempat, gesekan sosial akibat perbedaan tafsir ideologi semakin terasa. Ketahanan mental generasi muda pun dipertaruhkan. Sirajoni menekankan pentingnya menjadikan Pancasila bukan sekadar hafalan dalam buku pelajaran, melainkan “filter” untuk menentukan sikap hidup sehari-hari.

“Generasi muda harus jadi garda terdepan. Kalau mereka goyah, masa depan bangsa juga goyah,” pesannya.

Pertanyaan yang kerap muncul seberapa efektif peringatan semacam ini dalam merawat ideologi negara? Upacara memang menegaskan komitmen pemerintah daerah, tetapi ancaman ideologi transnasional tidak pernah benar-benar padam.

Namun, optimisme tetap ada. Generasi digital yang akrab dengan teknologi justru bisa diarahkan untuk menyebarkan nilai-nilai kebangsaan dengan cara yang lebih kreatif. Pancasila bisa hadir bukan hanya di ruang kelas atau podium upacara, tetapi juga di ruang-ruang virtual tempat anak muda berinteraksi setiap hari.

Banjarbaru pagi itu memberi gambaran bahwa Pancasila bukan sekadar warisan, melainkan pegangan yang terus relevan. Dari sana lahir keyakinan bahwa nilai luhur bangsa akan tetap bertahan, selama ada komitmen bersama untuk menanamkannya lintas generasi.

Hari Kesaktian Pancasila kali ini menegaskan sebuah pesan bangsa Indonesia tidak sedang berjalan mundur. Dengan bekal Pancasila, masyarakat memiliki arah yang jelas untuk melangkah maju menghadapi tantangan zaman menjadi lebih kuat, lebih dewasa, dan lebih percaya diri sebagai bangsa besar. (Stany)