SESUDAH gemuruh tepuk tangan, sebagian besar dari sedikitnya 500 penonton yang menjejali Isabel Bader Theater, Rabu (16/9) itu tak beranjak.
Mereka tetap tinggal di dalam gedung untuk mengikuti sesi tanya jawab dengan para pendukung film A Copy of My Mind karya sutradara Joko Anwar, yang baru saja diputar untuk umum di Festival Film Internasional Toronto (TIFF) 2015.
Penonton kembali bertepuk tangan ketika Giovanna Fulvi, programmer Asia TIFF 2015 memanggil nama sang sutradara Joko Anwar ke panggung. Tampil pula Chicco Jerikho, aktor utama A Copy of My Mind, serta produser Tia Hasibuan.
Tanya jawab yang dipandu Giovanna Fulvi berlangsung santai, sesekali diwarnai gelak tawa.
Seorang penonton berkomentar dalam nada kagum, bahwa film itu tampak sangat realistis dan alamiah. Ia menanyakan apa yang melatarbelakangi pendekatan itu.
“Saya ingin membuat kapsul waktu tentang Indonesia hari ini,” Joko menjawab.
“Jadi suatu waktu setiap kali kita mau melihat ke belakang, kita bisa melihat situasi Indonesia yang sebenar-benarnya saat ini,”
“Karenanya kami menggunakan lokasi yang nyata, dan manusia nyata, orang-orang biasa dari lokasi itu.”
“Rakyat yang bahagia”
Joko memapar pula paradoks-paradoks dan kontras-kontras yang begitu terlihat di Jakarta – dan banyak kota besar Indonesia.
“Gedung-gedung besar, pencakar langit di mana-mana. Dan di sebelahnya adalah kawasan kumuh.”
“Kami melihatnya sebagai sesuatu yang puitis juga, dan menerimanya sebagai suatu realitas yang indah,” tutur Joko dengan nada penuh ironi, disambut tawa penonton.
“Saya kira itulah kekuatan terbesar rakyat kami: kami adalah manusia-manusia yang bahagia. Kendati hidup penuh derita, kami selalu tersenyum. Ya, semua orang (di Indonesia) tampak bahagia,” tambahnya, juga dengan penuh ironi, juga disahut tawa hadirin.
A Copy of My Mind adalah satu dari dua film Indonesia yang masuk seleksi di Toronto International Film Festival ke-40, yang berlangsung 10-20 September 2015. Film lainnya adalah Sendiri Diana Sendiri karya Kamila Andini.
Keseharian yang terluputkan
Ini sebuah kisah cinta berlatar politik, yang menokohkan Sari (Tara Pasro), seorang pekerja salon perawatan wajah penggemar film horor, dan Alek (Chicco Jerikho) seorang pembuat teks terjemahan untuk DVD bajakan.
Kedua warga biasa itu awalnya saling terlibat dalam peristiwa saling menyudutkan. Sari menyemprot Alek karena terjemahan DVD yang sangat ngaco, sementara Alek malah memergoki Sari mengutil DVD di kiosnya. Sesudah itu kedua mahluk keren itu terlibat dalam cinta.
Dan sesudahnya lagi, dalam petualangan yang tak pernah mereka bayangkan.
Kebiasaan Sari mengutil kali ini berbuah lain. Karena DVD yang dicolongnya dari seorang kliennya, ternyata bukan jenis film monster kesukaannya. Melainkan kisah monster dan horor dalam bentuknya yang nyata dan banal: rekaman tentang korupsi seorang calon presiden.
Kisah pun bergerak menjelajahi sudut-sudut kota – yang begitu kita kenal namun sering kita luputkan dari perhatian. Juga sudut-sudut persoalan yang juga begitu keseharian, dan sering kita anggap sudah jadi bagian wajar dalam kehidupan kita: korupsi dan konspirasi politik.
Cinta dan korupsi
Suatu penjelajahan 116 menit yang, kata Joko Anwar, diarahkan menjadi suatu mesin waktu. Yang ternyata bukan saja tentang potret fisik kota-kota dengan kontras-kontrasnya yang “puitis” itu. Tetapi juga tentang korupsi dan kebusukan politik kita.
Wajah kota mungkin berubah setiap waktu. Realitas korupsi dan politik ? Bisa jadi kekal sepanjang waktu, sehingga ketika menggunakan “mesin waktu” Joko Anwar, kita tak melihat ada bedanya antara yang lampau dan yang kini.
A Copy of My Mind adalah film panjang kelima yang ditulis dan disutradarai oleh Joko Anwar. Berbeda dengan empat film sebelumnya yang antah berantah, A Copy of Mind “dibuat senatural mungkin di segala aspek.”
Di TIFF 2015, A Copy of My Mind diputar di program World Contemporary Cinema sebanyak lima kali. Selain pemutaran perdana untuk publik Amerika pada Rabu itu, A Copy of My Mind dua kali diputar untuk kalangan pers dan masyarakat industri film. Pemutaran untuk umum dilanjutkan Hari Jumat (18/9) ini dan Minggu (20/9) – hari penutupan TIFF 2015.
TIFF adalah salah satu festival film internasional terbesar yang setiap tahunnya dihadiri oleh sekitar 400.000 orang, 4.000 di antaranya kalangan film sendiri.
TIFF merupakan pemunculan internasional kedua A Copy of My Mind, setelah sukses terpilih masuk kompetisi di Festival Film Venesia, festival film tertua di dunia dan dianggap sebagai festival film yang sangat bergengsi.
Sesudah Toronto, film ini akan diputar di Festival Busan. Korea. Di Indonesia, baru akan beredar Februari tahun depan. (BBC Indonesia) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com