PEMBUNUHAN David Haines adalah “tindakan kejahatan murni”, ungkap Perdana Menteri Inggris David Cameron setelah beredarnya video yang dimaksudkan untuk menunjukkan pemenggalan David Haines, seorang warga negara Inggris.
Cameron berjanji untuk melakukan “segala daya untuk memburu” para pembunuh pekerja kemanusiaan tersebut yang diculik di Suriah Maret 2013.
Dalam video terbaru Daulah Islamiyah tersebut juga terdapat ancaman untuk membunuh seorang sandera Inggris kedua.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Inggris, Mike Haines mengatakan saudaranya itu “dicintai oleh seluruh keluarga dan mereka akan sangat merindukannya”.
“David sangat antusias menjalankan perannya sebagai pekerja kemanusiaan. Kecintaannya terhadap pekerjaannya yang dia lakukan di Suriah bagi saya dan keluarga adalah elemen yang paling penting dari kejadian yang menyedihkan ini,” kata Mike Haines.
Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan mereka masih “bekerja segera untuk memverifikasi” video dan menawarkan dukungan dan bantuan kepada keluarga Haines.
Daulah Islamiyah yang sebelumnya bernama ISIS beberapa waktu lalu telah memenggal dua orang Amerika Serikat dan mengatakan tindakan itu dilakukan sebagai respon terhadap serangan udara AS di Irak.
Perangi Daulah Islamiyah, Australia Kirim Pasukan
Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, Minggu (14/09) mengumumkan Australia akan mengirim 600 tentara dan pesawat militer ke Timur Tengah untuk membantu perang internasional melawan militan Daulah Islamiyah yang sebelumnya bernama ISIS.
Abbott mengatakan belum ada keputusan langkah apa yang akan ditempuh pasukannya untuk memerangi tindakan para militan tapi penting untuk memiliki kemampuan mengatasi gangguan dan menggagalkan operasi yang dia sebut sebagai kelompok teroris.
Abbott menambahkan tindakan Australia ini mendapat persetujuan dari Perdana Menteri Irak dan mengikuti permintaan khusus dari Amerika Serikat.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, tiba di Paris, Prancis, setelah kunjungan empat hari di Timur Tengah guna mencoba untuk membangun koalisi dalam rangka memerangi Daulah Islamiyah.
Koalisi besar bangsa-bangsa
Prancis menjadi tuan rumah pertemuan puncak keamanan regional pada hari Senin (15/09).
Namun, AS tidak mengizinkan pemain regional utama di Timur Tengah, Iran, untuk menghadiri pertemuan karena keterlibatan Iran di Suriah.
Hampir 40 negara, termasuk 10 negara Arab, mendukung rencana AS untuk mengatasi kelompok ekstremis tersebut.
Dalam video terbaru Daulah Islamiyah, ditunjukkan pembunuhan pekerja kemanusiaan asal Inggris, David Haines.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengatakan “rasa empati kepada keluarga Haines dan warga Inggris”.
Dalam sebuah pernyataan Obama mengatakan AS akan bekerja sama dengan Inggris dan “sebuah koalisi besar bangsa-bangsa” untuk “membawa para pelaku tindakan kejahatan ini ke pengadilan”.
RI Tanggapi Rencana Serangan AS Atas ISIS
Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, mengatakan Indonesia cenderung menggunakan “pendekatan lebih luas” dalam menyelesaikan aksi-aksi kekerasan yang dilakukan militan Daulah Islamiyah atau ISIS di Suriah dan Irak.
Marty Natalegawa menegaskan hal itu menanggapi rencana tindakan militer Amerika Serikat terhadap ISIS berupa pengiriman 475 personil militernya ke Irak tetapi tidak akan berperan dalam pertempuran.
“Penyelesaian yang hanya menggunakan upaya kekerasan itu sifatnya tidak akan langgeng dan berpotensi menciptakan masalah-masalah baru di kemudian hari,” kata Marty Natalegawa kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (11/09) siang, di Jakarta.
Menurutnya, Indonesia cenderung mementingkan penyelesaian akar atau sumber permasalahan di Irak dan Suriah ketimbang pendekatan militer semata.
“Memerlukan pendekatan yang lebih luas lagi dari hanya semata penggunaan kekuatan atau kekerasan,” kata Marty.
Sebelumnya, Amerika Serikat telah melancarkan lebih dari 150 serangan udara melawan kelompok ini di Irak dan memasok senjata bagi tentara Irak dan pejuang Kurdi untuk memerangi DI.
Dalam keterangan persnya, Presiden Obama berjanji bahwa Amerika akan memimpin “sebuah koalisi untuk memukul balik” Daulah Islamiyah.
Tidak langgar HAM
Sementara itu, pengamat hubungan internasional yang juga staf pengajar Universitas Pertahanan, Bartarto Bandoro, mengatakan, pilihan AS mencari dukungan dunia untuk melawan Daulah Islamiyah merupakan putusan yang tepat.
“Ini pilihan pertama yang tidak memberikan implikasi terlalu buruk kepada AS,” kata Bartarto kepada wartawan BBC Indonesia, Pinta Karana, Kamis (11/09) pagi.
Dia juga menganggap dukungan AS terhadap rezim yang berkuasa di Irak sangat penting untuk melawan DI.
Namun demikian, dia mengatakan, apabila AS melakukan “intervensi langsung” ke Irak dan Suriah, dapat menyebabkan “resiko yang lebih “Ini bisa memberi implikasi yang sama ketika AS menyerang Irak,” ujarnya, menganalisa.
Tentang sikap Indonesia yang cenderung “tidak setuju” dengan sikap AS yang akan melakukan serangan militer terhadap DI di Irak dan Suriah, Bartarto mendukungnya.
Menurutnya, Indonesia lebih baik meminta Dewan Keamanan PBB untuk menggelar sidang tentang sepak terjang ISIS di wilayah Irak dan Suriah dengan titik tekan pada pendekatan multilateral.
“Saya kira posisi Indonesia adalah sejauh ini tidak melanggar HAM dan sejauh itu tidak menyebabkan korban di pihak sipil, Indonesia mau-tidak mau harus menerima keputusan AS seperti itu,” kata Bartarto.
Polisi Indonesia Periksa Warga Turki Terkait ISIS
Kepolisian Indonesia menyatakan tengah menyelidiki kemungkinan keterkaitan empat orang warga negara Turki yang ditangkap di Sulawesi Tengah, Sabtu (13/09) dini hari, dengan kelompok militan Daulah Islamiyah yang sebelumnya disebut ISIS.
Empat orang warga negara Turki ini ditangkap di wilayah Kabupaten Parigi, Moutong, Sulteng, bersama tiga orang warga Sulteng yang belakangan diduga anggota kelompok teroris Santoso alias Abu Wardah yang masih buron.
“Masih terus kita dalami keterkaitan mereka (dengan kelompok militan Daulah Islamiyah),” kata Kabagpenum Mabes Polri, Kombes Polisi Agus Rianto, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Minggu (14/09) siang.
Setelah ditangkap, keempat warga negara Turki itu telah diterbangkan ke Jakarta pada Minggu pagi dan kini ditempatkan di ruang tahanan Markas Komando Brimob, Jakarta.
Adapun tiga orang warga Indonesia asal Sulteng yang ditangkap, menurut Agus Rianto, merupakan terduga anggota kelompok teroris pimpinan Santoso alias Abu Wardah. Mereka tetap ditahan di tahanan Polda Palu, Sulteng.
“Di antara tiga orang WNI yang ditangkap, sesuai data yang kami miliki, itu terkait dengan kelompok Santoso,” ungkap Agus.
Bantuan masyarakat
Kepolisian setempat menangkap tujuh orang itu di wilayah Kabupaten Parigi, Moutong, Sulteng, Sabtu (13/09) dini hari, saat rombongan itu mengendarai kendaraan dari Palu menuju Poso.
“Saat kita melakukan razia di jalan, tiba-tiba satu kendaraan balik arah, (dan) melarikan diri,” ungkap Agus.
Setelah dikejar oleh aparat kepolisian yang melibatkan Pasukan Detasemen Khusus 88 Mabes Polri, lanjutnya, polisi kemudian berhasil menangkap tiga orang WNI yang belakangan diketahui terduga anggota kelompok teroris Santoso
“Di sana, kita mendapatkan paspor, yang di antaranya bertuliskan paspor Turki,” ungkapnya.
Atas bantuan masyarakat, menurutnya, polisi kemudian melanjutkan pencarian empat orang warga negara Turki tersebut.
“Dan pada Sabtu (13/09) sore, kita berhasil menangkap empat orang negara asing itu,” katanya.
Internasionalisasi Gerakan
Sementara, pengamat masalah terorisme, Al Chaidar, mengatakan, dia menduga penangkapan warga negara Turki ini menunjukkan bahwa kelompok terduga teroris pimpinan Santoso di wilayah Poso ingin melakukan internasionalisasi gerakannya.
Menurutnya, ini terjadi setelah kelompok Santoso – yang masih dinyatakan buron terkait sejumlah kasus teroris – menyatakan dukungannya terhadap gerakan Daulah Islamiyah di Irak dan Suriah.
“Kelihatannya mereka sudah melakukan komunikasi dengan intens tentang bagaimana mengirimkan bantuan kepada kelompok pimpinan Santoso,” kata Al Chaidar saat dihubungi BBC Indonesia, Minggu (14/09) sore.
Dia menduga, empat warga Turki itu adalah wakil dari kelompok Daulah Islamiyah atau ISIS yang datang ke Poso untuk “melindungi” kelompok Santoso.
“Karena memang ada konsep yang namanya Junnah,” kata staf pengajar di Universitas Malikusaleh, Lhoksumawe, Provinsi Aceh.
Junnah adalah konsep proteksi yang diberikan seorang Khalifah kepada orang atau kelompok yang menyatakan sumpah setia kepadanya.
Sidang kabinet
Di tempat terpisah, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggelar rapat kabinet terbatas pada Minggu sore, yang membahas perkembangan terakhir terkait Daulah Islamiyah dan sepak terjangnya yang dirasakan sampai di Indonesia.
Dalam pidato saat membuka rapat, Presiden SBY kembali menegaskan sikap Indonesia menolak dan mewaspadai penyebaran ideologi Daulah Islamiyah atau ISIS.
“Ini berarti jangan kita ternina-bobo, jangan kita terlena seolah-olah yang berbahaya itu di luar negeri di Timur Tengah, tetapi kalau kita tidak waspada dan tidak melakukan sesuatu yang tepat bisa juga terjadi di negeri kita tindakan kekerasan seperti itu,” kata SBY.
Sebelumnya, polisi telah menangkap WNI terduga teroris di Jawa Tengah dan Depok, Jabar, yang belakangan diketahui mereka adalah pendukung Daulah Islamiyah, DI atau ISIS.
Seruan penolakan terhadap ideologi DI atau ISIS telah disuarakan oleh berbagai ormas Islam, setelah muncul dukungan oleh warga Indonesia terhadap gerakan kelompok militan ini. (BBC)