Semua  

BKPH NGLAMBANGAN PENGHASIL TEBU DAN DAUN KAYU PUTIH SELAIN TANAMAN POKOK JATI

Assper BKPH Nglambangan, Eka Widiyanto SHut, saat menjelaskan kepada KRPH Ringinanom, Biyanto, dan bagian TU.
Assper BKPH Nglambangan, Eka Widiyanto SHut, saat menjelaskan kepada KRPH Ringinanom, Biyanto, dan bagian TU.
Assper BKPH Nglambangan, Eka Widiyanto SHut, saat menjelaskan kepada KRPH Ringinanom, Biyanto, dan bagian TU.
Assper BKPH Nglambangan, Eka Widiyanto SHut, saat menjelaskan kepada KRPH Ringinanom, Biyanto, dan bagian TU.

RAGAM produksi Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro akhir-akhir ini sudah banyak selain kayu jati. Administratur (ADM/KKPH), Dewanto SHut MM, didampingi KSS Humas serta Assper BKPH Nglambangan, Eka Widiyanto SHut, membenarkan bahwa produksi KPH Bojonegoro memang bervariasi, mulai produksi kayu jati, daun kayu putih dan tebu. Utamanya di BKPH Nglambangan, khususnya RPH Ringinanom.

Secara terpisah, Assper Nglambangan, Eka Widiyanto SHut, didampingi KRPH Ringinanom, Biyanto, dan TU Heri serta staf TU Arif CH menjelaskan perihal produksi BKPH Nglambangan yang bervariasi dibandingkan BKPH lain. Karena BKPH lain produksinya mungkin hanya kayu jati dengan kayu putih/daun kayu putih yang menghasilkan minyak kayu putih, ada lagi produksi kayu jati dan tebu. Namun di BKPH Nglambangan punya semuanya yakni kayu jati, daun kayu putih serta tebu.

“Pada tahun 2019 di BKPH Nglambangan soal tebangan kayu jati katagori B1 sebanyak 1.346 m3 (SPK), tetapi baru turun 5 petak SPK tebangan. Realisasi tebangan petak 97 E seluas 6,6 hektar produksinya 15,68 m3. Sedangkan produksi tebu luas lahan 290,5 hektar, target produksi 3.045 ton, produksi dari tanggal 11 Juli 2019 sampai dengan 19 Juli 2019 sebanyak 229,948 ton. Sedangkan produksi daun kayu putih, target 123,076 ton, realisasi 21 ton dari 2 petak 76 c, luas 3,5 hektar target produksi 6 ton, realisasi 12, 349 ton (182%), dan petak 75 C luas 5 hektar produksi secara global 25,854 ton. Akhir Agustus tuntas,” urai Assper Eka.

“Langkah yang akan datang adalah masih dalam bentuk ajuan/proposal ke pihak III (mitra/rekanan) dari Nganjuk. Dan soal berapa jumlah anggota LMDH, tanyakan ke Pak Mantri Biyanto ya Mas,” imbuh Assper Eka kepada Eko Purnomo dari Majalah FAKTA.

Selanjutnya, KRPH Biyanto menyebutkan bahwa dengan melibatkan 2 kelompok LMDH yakni LMDH ‘WANA MANUNGGAL I’ Desa Stren beranggotakan 400 orang dan LMDH ‘WONO NGREMBOKO’ Desa Trenggulunan beranggotakan 390 orang.

“Adanya tanaman tebu dan kayu putih memang strategis dari segi bisnis, akan tetapi dari segi sosial sedikit berkurang tentunya berupa kebun mitra. Seperti halnya tebu tidak bisa ditanami tumpang sari, tetapi jika jati masyarakat masih bisa tumpang sari, namun cost tenaga keamanannya tinggi. Begitulah adanya, tentunya ajuan demikian pastinya dengan pertimbangan-pertimbangan yang sangat-sangat serius. Ajuan kepada kementerian tahun 2016, namun pelaksanaan tanaman 2018,” ulas Assper Eka Widiyanto. (F.463)