SEPERTINYA BKPH Bareng, KPH Bojonegoro, yang dulu identik lumbung kayu kelas vinir, kini tinggal cerita saja. Assper Bareng, Jhon Sapulete, ketika dikonfirmasi Wartawan Majalah FAKTA, Ekopurnomo, menjelaskan bahwa untuk aktifitas masih kegiatan rutin. Termasuk patroli gabungan maupun patroli mandiri. “Cita-cita sukses tanaman tentu melekat, tapi bila tanaman pokok jati, sungguh berat. Seberat apa pun karena konsekwensi sebagai rimbawan maka dengan sepenuh hati dalam melaksanakan tugas, termasuk teguran dan amanat pimpinan, kami laksanakan semaksimal mungkin. Termasuk komsos pun tetap berjalan. Bertugas di BKPH Bareng memang benar-benar harus ikhlas, bertanggung jawab, termasuk keselamatan adalah yang utama,” katanya.
Perihal karhutla memang ada di beberapa petak klas tanaman KU-1. Di petak 5-i, 51-a, 63-b. “Semuanya dugaannya dibakar, diawali membakar serasah jagung. Tetapi atas kesigapan petugas BKPH maka api bisa segera dipadamkan. Memang tegakan tersisa didominasi K-U kecil, yang besar tinggal beberapa pohon barat dekat rumah dinas”.
“Kemungkinan untuk pengembangan adalah kayu putih, biomassa, sengon dan randu. Memang bisa jadi dikarenakan tekanan sosial tinggi, bisa berpengaruh dan multi efek. Termasuk pengenalan tanaman porang. Bagaimanapun kelestarian hutan untuk kemakmuran bersama. Dan bila hutan rusak maka bisa menimbulkan berbagai bencana”.
Lebih lanjut Assper kelahiran Sulawesi Utara ini memaparkan bahwa kondisi hutan memang berbeda-beda, termasuk masyarakat sekililingnya juga beragam karakternya. Selama tidak menjadi pagar makan tanaman, tentu tidak akan memperparah keadaan. “Tekadku adalah pengabdian terbaik di mana pun kami ditugaskan,” tandas Assper Bareng, Jhon Sapulete.
Sedangkan KRPH sebagai pendamping tugas yakni KRPH Alasgung, Mudi Siswoto, Bareng, Slamet, Sekidang, Purwanto, Babat, Basimin. (F.463)







