Semua  

BERAS PRODUKSI BUMDES KANOR MAMPU MENEMBUS PASAR JAWA TIMUR

Eryan Dewi Fatmawati ME MSE AK (berjilbab), Deri (Bank Indonesia), Camat Kanor, Subiyono SH MSi (tanda jempol) serta Manager Bumdes “Wahana Karya”.
Eryan Dewi Fatmawati ME MSE AK (berjilbab), Deri (Bank Indonesia), Camat Kanor, Subiyono SH MSi (tanda jempol) serta Manager Bumdes “Wahana Karya”.
Eryan Dewi Fatmawati ME MSE AK (berjilbab), Deri (Bank Indonesia), Camat Kanor, Subiyono SH MSi (tanda jempol) serta Manager Bumdes “Wahana Karya”.
Eryan Dewi Fatmawati ME MSE AK (berjilbab), Deri (Bank Indonesia), Camat Kanor, Subiyono SH MSi (tanda jempol) serta Manager Bumdes “Wahana Karya”.

TERNYATA produk baru Kanor membawa berkah tidak hanya sebatas kwantitas tetapi secara kualitas pun bisa jadi barometer produksi beras sebagian wilayah di Provinsi Jawa Timur. Berikut laporan Eko Purnomo dari Majalah FAKTA.

Menurut Camat Kanor, Subiyono SH MSi, Kecamatan Kanor mengoptimalkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), yang beranggotakan 9 (sembilan) yaitu DesaTejo, Gedongarum, Kedungprimpen, Simorejo, Sarangan, Cangaan, Samberan, Senambung, Sumberan, dengan kantor bersama di Desa Tejo.

Adapun dioptimalkannya produk utama beras ini karena Kecamatan Kanor juga bagian dari penyangga produksi sumber pangan Indonesia, dalam hal ini beras. Dan agar saat musim panen produksi padi ini tidak keluar daerah hanya berupa gabah maka melalui BUMDES bersama “Wahana Karya” bisa memproduksi beras yang berkualitas bagus.

Eryan Dewi Fatmawati ME MSE AK foto bersama utusan dari Jawa Timur dan beras produksi Bumdes Wahana Karya.
Eryan Dewi Fatmawati ME MSE AK foto bersama utusan dari Jawa Timur dan beras produksi Bumdes Wahana Karya.

Mekanismenya adalah beberapa unit di antaranya unit prouksi gabah inti dari sembilan desa dan desa lain mensuplai. Unit penjemuran di Desa Tejo, Cangaan, Samberan plus huller. Dan produki beras dari “Wahana Karya” sudah mampu memenuhi kesepakatan dengan Bulog dan Carefour Surabaya dengan jenis produksi beras premium dan beras medium yang berasal dari padi jenis jeherang.

Lebih lanjut, camat yang terlama menjabat di Kanor ini juga menjelaskan bahwa pendirian BUMDES “Wahana Karya” bermula dari ‘saweran’ 9 desa yang minimal saham per desanya Rp 25 juta. Dan berdiri pada tanggal 26-04-2017 binaan BAPPEDA Bidang Ekonomi. Kini sudah menembus kerja sama dengan Bulog Jatim, Carefour, supermarket, dan Pemkot Surabaya. Juga pernah dikunjungi delegasi/utusan dari 13 kabupaten-kota di Jawa Timur, dalam rangka study tour, serta dari Bank Indonesia.

Masih menurut mantan Kabag Humas Pemkab Bojonegoro ini bahwa produksi beras dilaksanakan secara optimal dan selalu berinovasi. Pertama adalah melaksanakan progam Bupati Bojonegoro, Kang Yoto, yakni GDSC (Gerakan Desa Sehat dan Cerdas). Ditunjang lahan sehat, petani cerdas, maka Kecamatan Kanor mampu menjadi penyuplai 20% pangan nasional dengan produksi lahan 10 ton/hektar, dengan memanfatkan air Bengawan Solo yang mengandung unsur hara lebih tinggi di bidang air pompa maupun air hujan, dan sebagai pengelola yakni HIPPA masing-masing desa.

Eryan Dewi Fatmawati ME MSE AK.
Eryan Dewi Fatmawati ME MSE AK.

“Bahkan dari KEMENDES juga menyanggupi alat pengolah produksi, beras, menir, bekatul. Dalam hal ini agar beras yang diproduksi bisa bagus tanpa bahan pengawet/pewarna. Dan, memang, sementara ini Kanor 80% konsentrasi bidang pangan (beras) dan 20% ke arah sandang. Juga program jenis polowijo. Untuk tembakau berkurang. Untuk bidang sandang yang ada di Desa Sarangan berbahan baku dari Surabaya. Dan sudah dianggarkan di APBD untuk infrastruktur guna pengembangan ekonomi. Jangan lupa produk sandang dari Kecamatan Kanor yakni batik tenun motif Bojonegoroan”.

Selanjutnya Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan Ekonomi BAPPEDA Kabupaten Bojonegoro, Eryan Dewi Fatmawati ME MSE AK, mengatakan, urutannya sangat panjang saat menanggapi ekonomi desa melalui BUMDES. Awalnya ada di BPMPD dan sekarang di BAPPEDA yang meliputi bidang pertanian, perikanan, petenakan, perkebunan, pariwisata dan lain-lain. Dan secara horisontal bisa terkoneksi/berhubungan melalui bidang kelembagaan, sisi usaha BUMDES (produksi) dan sisi administrasi. Fokus awal, struktur kelembagaan, perdes pendirian BUMDES yang meliputi AD – ART dan kepengurusan karena ada pengurusnya yang meninggal dunia dan ada yang jadi TKI. Acuannya, Perda No. 43 Tahun 2015 dan UU No. 6 Tahun 2015 Tentang Desa. Sepanjang perjalanan Bumdes 90% adalah bergerak di bidang simpan pinjam. Dan kalau hanya simpan pinjam, ya ibarat lagunya Pak Haji Rhoma Irama “gali lubang tutup lubang”.

“Kalau hanya begitu maka perekononian lemah, karena tidak ada usaha yang riil. Sehingga kita mengundang Bumdes, yang mampu menciptakan usaha-usaha produktif tahun 2015 – 2016. Ketemu formulanya. Ada 51 bumdes, kita sebagai pendamping/pilot project. Dan ditemukan beberapa faktor di antaranya tulisannya ada bumdes ternyata kosong (0) tidak ada bumdesnya. Belajar dari bumdes ada tapi mati suri, ada yang berjalan tapi monoton, belajar dari kondisi yang ada dan agar kondisinya fleksibel, produktif, konsisten menjalankan bumdes yang sebagaimana mestinya, dimulai dari titik awal, yakni pemanfaatan potensi desa, ada usaha riil pertanian, gerabah, kayu serta kebutuhan warga yakni bisa berupa pupuk,” papar sarjana lulusan (S2) KOBE University Japan.

Selain hal tersebut di atas yakni membuat DUM, yakni setelah sosialisasi teknik usaha adalah membuat rencana bidang usaha, pendamping manajemen usaha, penguatan permodalan, komunitas usaha, sasaran bumdes, swasta, BUMD, perguruan tinggi, dengan skala besar maupun skala kecil. “Bahkan BPR Bojonegoro juga memberikan suku bunga 1/2 dari suku bunga umumnya,” jelas Eryan.

Pendampingan selama 2 tahun, sekarang 82% dari BUMDES yang ada sudah non simpan pinjam saja, tetapi sudah beraneka usaha. Sedangkan hasil pendampingan 2015 – 2016 bisa membuka peluang usaha souvenir, paving, gerabah, keramik, sandal, kriya, mamin, wisata alam, wisata edukasi, agrowisata (Ngringinrejo – Mojo), bank sampah, kampung kreatif (Dander).

“Produksi beras selama Mei, Juni, Juli 27 ton sekarang sudah 45 ton. Sedangkan untuk KSNN 4 ton/minggu. Untuk Bulog 45 ton realisasi KSNN 4 ton/minggu realisasi, Carefour 4 ton/minggu juga teralisasi,” ulas pakar ekonomi muda kelahiran Kota Tuban, Eryan, yang bulan Oktober 2017 akan ke USA mewakili Indonesia dalam pemilihan Bisnis Star Up serta pengambil kebijakan. (F.463)