Balada Penjual Yoyo Dari Blitar

IMAM Syahid, pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, 8 Januari 1944, sudah lebih dari 30 tahun berjualan mainan yoyo di Madura. Suami dari perempuan bernama Sumiati ini berjualan yoyo keliling dari sekolah ke sekolah. Dari pengakuannya, hampir semua Sekolah Dasar (SD) dari empat kabupaten yang ada di Madura, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep, pernah ia singgahi untuk menjajakan yoyo dagangannya.

Syahid, nama panggilannya, biasanya berjualan di pelataran halaman sekolah.  Dia selalu bersiap dengan jualannya sebelum para murid berdatangan. Dia baru akan meninggalkan sekolah seusai jam istirahat.

Beralaskan terpal warna biru, bermacam ukuran yoyo sudah tertata dikelompokkan menurut harganya. Kisaran harga yoyo yang dijualnya mulai Rp 1.500,- untuk ukuran paling kecil. Sedangkan harga termahal dengan ukuran paling besar adalah Rp 3.000.

Yoyo yang dijualnya model tradisional, berbahan kayu akasia.  Dia sendiri mendapatkannya dari pengrajin yoyo di kampung halamannya, Blitar. Kesempatan pulang kampung dimanfaatkannya untuk kulakan yoyo dengan jumlah banyak.

Namun tak jarang ketika musim main yoyo lebih ramai dari biasanya, dia harus menambah persediaannya dengan cara kirim. Ekspedisi yang sering digunakannya melalui pengiriman bus antar kota.

Bapak dari tiga anak yang bernama Purwanti, Koko dan Emi ini bersama isterinya mulai merantau ke Madura sejak tahun 1974. Di tanah perantauan inilah Syahid mulai jualan yoyo, berkeliling dari kampung ke kampung dan sekolah ke sekolah yang tak jauh dari tempatnya tinggal.

Mereka selalu berpindah tempat kos. Paling lama setengah tahun berdomisili di satu tempat, sebelum akhirnya pindah ke tempat lain, tergantung pada maraknya anak-anak yang masih gandrung main yoyo.

Masih dikisahkan oleh pria yang kini berusia 74 tahun ini bahwa dari berjualan yoyo bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya. Kendati begitu anak-anaknya hanya sampai sekolah SMA, tidak lanjut ke perguruan tinggi lantaran lebih memilih kerja dan berkeluarga. Dari anak-anaknya, Syahid dan Sumiati dihadiahi tujuh cucu.

Mengakhiri wawancara dengan Moh Hasan dari Majalah FAKTA, Senin (15/10/2018), Syahid mengatakan bahwa sebentar lagi ia akan pulang kampung dan pensiun. Lantaran tak ada dari anak-anaknya yang berminat meneruskan usaha yang sudah lama digelutinya itu. Kakek yang masih tampak bugar ini harus rela berpisah dari yoyo-yoyonya. (F.1005)