Semua  

Asap Makin Parah, Pemerintah Pertimbangkan Evakuasi Anak-Anak

Anak-anak di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, bermain sambil menggunakan masker
Anak-anak di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, bermain sambil menggunakan masker

PEMERINTAH tengah mempertimbangkan untuk mengevakuasi anak-anak dan bayi yang terimbas kabut asap di Sumatera dan Kalimantan, kata Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI, Luhut Binsar Panjaitan.

Kepada sejumlah wartawan, seusai menggelar rapat koordinasi dengan beberapa menteri, Luhut mengatakan rencana evakuasi sedang dipertimbangkan mengingat indeks standar pencemaran udara (ISPU) di banyak kawasan menunjukkan angka yang tinggi.

Menko Polhukam, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan evakuasi akan dilakukan ke provinsi yang memiliki kualitas udara baik
Menko Polhukam, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan evakuasi akan dilakukan ke provinsi yang memiliki kualitas udara baik

Khusus di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, ISPU memperlihatkan konsentrasi partikulat PM10 berada pada taraf 1.430 mikrogram per meter kubik, Kamis (22/10) pukul 14.00. Sehari sebelumnya, pengukuran partikulat serupa berada di atas 3.000 mikrogram per meter kubik.

Padahal, angka 300 telah dikategorikan berbahaya.

“Kalau memang ISPU-nya begitu parah, tiada ruangan lagi yang ISPU-nya normal, kita mempertimbangkan untuk bawa ke provinsi di selatan yang ISPU-nya baik, misalnya Banjarmasin,” kata Luhut.

Apabila di tempat evakuasi, tingkat pencemaran udara masih parah, Luhut mengatakan pemerintah akan menyiapkan kapal-kapal sebagai tempat tinggal sementara.

“Kalau masih lebih parah, kita mungkin sudah mempertimbangkan untuk menggunakan kapal perang atau kapal Pelni, untuk mereka tinggal di situ sampai keadaan membaik,” ujarnya.

Mempertanyakan

Kapal perang akan digunakan sebagai tempat tinggal sementara kata Luhut
Kapal perang akan digunakan sebagai tempat tinggal sementara kata Luhut

Sebelumnya, dalam wawancara dengan BBC Indonesia di Palangkaraya, Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek, mempertanyakan langkah evakuasi.

“Kalau evakuasi, saya melihat, di Kalimantan ini penyebaran penduduk luas sekali. Bagaimana kita melakukan evakuasi ? Itu juga harus dipikirkan. Atau di daerah Riau. Begitu banyaknya manusia, kita mau evakuasi (mereka) ke mana ?” tanyanya.

Dalam laporan kajian organisasi lingkungan hidup, World Resources Insitute, emisi karbon akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia telah melampaui rata-rata emisi karbon harian Amerika Serikat selama 26 hari dari 44 hari sejak awal September.

Catatan tersebut praktis menunjukkan lonjakan signifikan. Pasalnya, selama ini AS merupakan sumber gas rumah kaca kedua setelah Cina. Adapun Indonesia biasanya dikategorikan WRI pada peringkat lima. (BBC Indonesia) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com