Air Bumdes Mengalir Sampai Rumah Warga

PEMERATAAN pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat hingga ke pelosok desa menjadi prioritas utama Pemerintah Kabupaten Balangan. Berbagai terobosan pun dilakukan pemerintah untuk meningkatkan  kesejahteraan masyarakat seluruh Balangan.

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, melalui Nawacita-nya juga menginstruksikan kepada seluruh daerah agar menciptakan NKRI yang aman, damai, dan sejahtera hingga ke polosok-pelosok desa. Dan yang tertera pada poin ke-7 dari Nawacita yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Selaras dengan Nawacita poin ketujuh tersebut, Pemerintah Kabupaten Balangan menciptakan program Gema Desa Sehati untuk memeratakan pembangunan, kesejahteraan melalui peningkatan SDA masyarakat hingga sampai ke pelosok desa.

Program Gema Desa Sehati ini dinilai menjadi langkah yang tepat dan akurat dari pemerintah untuk menciptakan desa-desa di seluruh kabupaten berjuluk “Bumi Sanggam” ini maju dan berkembang. Pasalnya, pemerintah menginstruksikan kepada seluruh pejabat di tiap-tiap SKPD untuk mengambil perannya masing-masing memberdayakan desa-desa.

Gema Desa Sehati juga bertujuan membantu pemerintahan di desa untuk mengembangkan daerahnya. Mengembangkan potensi daerah yang bisa menjadi sarana meningkatkan ekonomi atau kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

Berbicara permasalahan desa tentu tidak bisa terlepas dari peran Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Kabupaten Balangan. Instansi ini berkewajiban mengatur pemerintahan di desa, serta memberdayakannya melalui bermacam-macam program untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat di desa-desa.

Salah satu contoh dari program pemerintah ialah program Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Dengan Bumdes ini aparatur desa sebelumnya diberi pembekalan ilmu tentang penerapan dan pelaksanaan hal tersebut. Pengelola Bumdes sendiri dibentuk oleh pemerintahan desa untuk menjalankan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan program Bumdes di desa masing-masing.

Pelaksana Bumdes dituntut mampu membuka atau membuat lapangan kerja atau sebuah usaha yang dapat menjadi sumber pendapatan atau penghasilan para warga atau anggotanya. Bumdes juga memiliki modal anggaran yang diberikan pemerintah melalui instansi terkait, dari dana tersebut para pelaksana Bumdes harus cermat memilih usaha yang dapat memutar roda perekonomian di desanya.

Salah satu contoh desa yang berhasil menjalankan Bumdes yaitu Desa Auh, Kecamatan Tebing Tinggi. Desa yang berada di daerah pegunungan ini berhasil mengembangkan potensi desa menjadi lahan untuk meningkatkan perekonomian desanya.

Desa Auh termasuk desa yang terpencil, namun seiring berjalannya waktu, desa yang dulu akses jalan menuju desa itu sangatlah susah sekarang sudah mulus, serta dialiri listrik pula. Bahkan belum lama ini sudah bisa mengakses air bersih dari PDAM.

Namun, dengan segala fasilitas yang diberikan pemerintah tersebut tidak serta-merta membuat warga Desa Auh terlena akan semuanya. Aparat desa dan seluruh komponen desa bekerja sama untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan mereka.

Di sinilah peran Bumdes Desa Auh dalam upaya peningkatan ekonomi anggota dan warga Desa Auh. Dari Bumdes itu terbentuk pula sebuah koperasi yang bernama Gunung Agung Mandiri. Koperasi ini yang mengatur sedemikian rupa bagaimana proses para anggotanya untuk bisa menciptakan lapangan usaha perorangan maupun kelompok.

Bumdes Desa Auh sebelumnya di akhir tahun 2016 mendapatkan anggaran dari pemerintah untuk menjalankan Bumdes sebesar Rp 45 juta, dan kemudian di awal tahun 2017 kembali mendapatkan anggaran sebesar Rp 60 juta. Dari total anggaran sebesar Rp 105 juta tersebut Koperasi Gunung Agung Mandiri mampu menjalankan usaha di berbagai sektor. Seperti sektor pertanian dan layanan air bersih.

Perlu diketahui, Desa Auh berada di pegunungan, tanahnya subur dan udaranya segar, serta sungai yang mengalir di desa tersebut pun jernih dan bersih. Melihat potensi alam seperti itu pihak koperasi lalu membuat usaha penyaluran air bersih dari sungai ke rumah-rumah warga.

Air sungai disedot menggunakan mesin pompa air, kemudian dikumpulkan dalam tong besar dan dialirkan ke rumah-rumah warga melalui pipa-pipa. Pengelola air bersih ini memberikan layanan kepada warga yang ingin mendapatkan fasilitas layanan air bersih yang langsung mengalir ke rumah tanpa harus ke sungai atau ke sumur.

Meskipun saat ini jangkauan layanan air bersih dari PDAM sudah mencapai Desa Auh, akan tetapi masyarakat di desa itu tetap saja banyak yang memilih layanan air bersih yang disediakan oleh Koperasi Gunung Agung Mandiri.

Ketua Bumdes Desa Auh, Marjian, menjelaskan, penyaluran air bersih ini dipilih sebagai salah satu usaha untuk memutar roda perekonomian di desa karena ketersediaan air bersih di desanya sangat berlimpah. “Air di sini berlimpah, bersih dan jernih, serta harga untuk per kubiknya sangat murah, cuma Rp3 ribu dan tanpa beban pemakaian” jelas Marjian.

Menurutnya, warga jelas lebih memilih memakai pelayanan air bersih dari koperasi dibandingkan PDAM karena harganya lebih murah, dan tanpa beban pemakaian. Ditambah lagi biaya pemasangannya hanya dikenakan Rp 250 ribu sudah dapat merasakan layanan air bersih sampai ke rumah masing-masing.

“Modal awal membuat sarana penyaluran air bersih ini sekitar Rp 11 juta berasal dari dana Bumdes dan sekarang modal tersebut sudah kembali dan bisa mendapat keuntungan dari layanan tersebut sampai bisa memberikan upah kepada petugas-petugas pelayanan air bersih ini,” bebernya.

Dari sektor pertanian, lanjut Marjian, para anggota koperasi diberikan arahan atau pandangan usaha yang tepat di bidang pertanian/perkebunan, dan difokuskan kepada berkebun sayur seperti cabai. “Harga cabai kan relatif tinggi, dan modal awalnya juga sangat terjangkau, sehingga modal yang sedikit yang dimiliki koperasi bisa dimanfaatkan dengan baik oleh para anggotanya untuk membuat lapangan usaha sendiri atau kelompok,” ungkapnya.

Dari total 250 KK yang bermukim di Desa Auh, tambah Marjian, sudah ada 42 KK yang bergabung menjadi anggota dan menjalankan usaha bertanam sayur. Saat ini ada sekitar 80 KK yang mendaftar ingin menjadi anggota koperasi. Jelas banyak yang tertarik ingin bergabung, kata Marjian, karena ini jelas telah terbukti dapat meningkatkan perekonomian anggotanya. Karena dengan pinjaman modal sekitar Rp 2 jutaan untuk luas lahan 500 meter persegi, petani cabai sudah bisa melunasi hutangnya hanya dalam 1 atau 2 kali panen. Sedangkan dalam 1 bulan bisa panen cabai 2 sampai 3 kali panen, dan ketahanan tanaman cabai mampu sampai enam bulan. Dari hitungan tersebut sudah dapat dilihat seberapa besar keuntungan para petaninya.

“Tapi petani cabai harus menjualnya kepada koperasi sesuai dengan harga pasaran, tidak kepada tengkulak. Karena kalau dijual ke tengkulak harganya jelas jauh lebih murah. Kemudian koperasi menjualnya kembali ke pasaran, koperasi hanya meraup keuntungan dari selisih harga bibit dan pupuk yang ada di pasaran,” ungkapnya.

Marjian meyakini kalau warga Desa Auh mau ikut serta dalam keanggotaan koperasi dan menjalankan usaha kebun cabai, tentu akan sangat berdampak pada perekonomian warga yang saat ini masih bergantung pada kebun karet. “Namun saat ini sudah banyak yang beralih dari kebun karet ke kebun cabai karena tergiur harga jualnya yang tinggi. Saat ini modal usaha dari Bumdes sebesar Rp 105 juta sudah kembali modal, dan malah sudah mendapat untung hanya dalam beberapa bulan saja. Keuntungan yang didapat untuk koperasi saja sudah mencapai Rp 7 juta per bulan dari sektor pertanian dari lahan seluas 5 hektar milik warga. Apalagi keuntungan yang didapat para petaninya sendiri, jelas berkali-kali lipat dari keuntungan yang diperoleh koperasi,” tandasnya.

Kepala Desa Auh, Ahmad Efendi, mengatakan, perekonomian Desa Auh saat ini meningkat karena terbantu oleh adanya Bumdes di desa ini. Melalui koperasi yang mengatur dan memanaj keuangan untuk usaha sehingga meningkatkan penghasilan para anggotanya dan warga sekitar. “Berkat bantuan dari pemerintah, kami mampu membuat usaha mandiri yang sangat membantu meningkatkan ekonomi kami, yang sebelumnya sempat terpuruk karena rendahnya harga jual karet,” ujarnya sambil menambahkan, berkat bantuan semua komponen masyarakat serta pemerintah, pertumbuhan ekonomi di Desa Auh meningkat dan mampu menciptakan ekonomi yang mandiri dan terorganisir.

“Dengan modal yang ada, didukung faktor alam yang bagus, warga kami mampu menciptakan lapangan kerja sendiri dan menguntungkan,” pungkasnya. (Tim)