Semua  

AIR BENGAWAN SOLO DI BOJONEGORO DICEMARI LIMBAH INDUSTRI YANG DIDUGA DARI JAWA TENGAH

Camat Padangan, Drs Sugeng Firmanto, dan Kasi Trantib Srihono SSos saat melihat kondisi air Bengawan Solo yang dicemari limbah industri yang diduga dari Jawa Tengah.
Camat Padangan, Drs Sugeng Firmanto, dan Kasi Trantib Srihono SSos saat melihat kondisi air Bengawan Solo yang dicemari limbah industri yang diduga dari Jawa Tengah.
Camat Padangan, Drs Sugeng Firmanto, dan Kasi Trantib Srihono SSos saat melihat kondisi air Bengawan Solo yang dicemari limbah industri yang diduga dari Jawa Tengah.
Camat Padangan, Drs Sugeng Firmanto, dan Kasi Trantib Srihono SSos saat melihat kondisi air Bengawan Solo yang dicemari limbah industri yang diduga dari Jawa Tengah.

SEJAK hari Jumat (13/9/2019), air Bengawan Solo berubah warna dan berbau tak sedap. Kamis pagi (19/9/2019), Wartawan Majalah FAKTA, Eko Purnomo, terlebih dahulu ijin kepada Kabag Humas Pemkab Bojonegoro, Masirin SSTP KM, dan dipersilahkan untuk ikut sidak Camat Padangan, Drs Sugeng Firmanto, guna melihat perkembangan kondisi air Bengawan Solo tersebut.

Ternyata dari hasil pantauan, air Bengawan Solo yang menjadi bagian air baku PDAM Bojonegoro serta untuk pengairan lahan pertanian di sepanjang bantaran Bengawan Solo itu berubah warna seperti rebusan gula merah namun baunya menyengat ‘basin’.

Camat Padangan, Drs Sugeng Firmanto, didampingi Sekcam Mudlofir SSos MM, Kasi Trantib Srihono SSos, Kasubbag Pelaporan Mustopa, menjelaskan bahwa air Bengawan Solo itu berubah warna serta baunya tidak sedap diduga karena limbah industri. “Maka keadaan tersebut kami tindak lanjuti dengan melaporkannya ke instansi terkait. Termasuk ke PDAM, hasilnya pihak PDAM sigap menyikapi dan bertindak sehingga bisa teratasi,” jelas camat.

Kasi Trantib Srihono SSos menambahkan bahwa sebagai tindak lanjut perintah pimpinan (camat), maka dilakukan penelusuran ke hulu. Dan ternyata muara limbahnya diduga dari Jawa Tengah.

“Adanya air berubah warna itu berdampak pada tanaman padi dan agak gatal. Bahkan sempat ada pladu (ikan mabuk),” kata warga yang enggan disebut namanya. (F.463)