Agendakan Gelar Produk Pertanian, Perikanan Dan Peternakan Sebulan Sekali

Gelar produk rencananya akan diadakan sebulan sekali
Gelar produk rencananya akan diadakan sebulan sekali

DI tengah keterbatasan lahan, Pemkot Surabaya tetap mendorong peningkatan kualitas produk pertanian, perikanan dan peternakan. Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya dengan menyelenggarakan gelar produk di halaman Taman Surya pada Minggu (12/7).

Kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan daya saing komoditas lokal di tengah ‘kepungan’ produk asing. Apalagi, saat ini sudah memasuki era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) dimana alur barang antar negara ke depan semakin tak terbendung.

Menyikapi hal itu, Walikota Tri Rismaharini punya strategi khusus agar pelaku usaha Surabaya mampu bersaing. Mantan kepala bappeko ini telah menginstruksikan dinas terkait untuk membantu pengurusan izin dan sertifikasi pelaku usaha kecil menengah (UKM), mulai dari izin produk industri rumah tangga (PIRT), sertifikat merk/brand hingga sertifikat halal.

Walikota meninjau stan gelar produk

“Saya sudah instruksikan dinas-dinas terkait. Paling lambat Agustus semua konsep sertifikasi itu harus sudah terlaksana,” kata Risma.

Di samping mendorong sertifikasi, pemkot juga menempuh jalur promosi melalui kegiatan gelar produk pertanian, perikanan dan peternakan. Acara tersebut diikuti oleh 22 UKM binaan pemkot dengan rincian 12 UKM pertanian, 10 UKM perikanan dan 2 UKM peternakan.

Walikota mengatakan, ke depan kegiatan gelar produk ini akan diagendakan rutin sebulan sekali setiap Minggu pertama. Hal itu agar masyarakat Surabaya mengetahui kalau kota ini punya produk pertanian, perikanan dan peternakan yang sehat. Dengan demikian, nilai tawar produk akan menjadi lebih baik.

Hidroponik merupakan salah satu sistem cocok tanam ideal di tengah keterbatasan lahan
Hidroponik merupakan salah satu sistem cocok tanam ideal di tengah keterbatasan lahan

Gelar produk yang dihelat di Taman Surya, Minggu (12/7) berhasil menarik animo warga. Pengunjung mayoritas adalah mereka yang sedang berolahraga di area balai kota. Meski tak sedikit pula yang kebetulan melintas dan mampir mengunjungi stan.

Salah seorang pengunjung yang antusias berbelanja aneka produk adalah Hidayat Akmam. Pria yang hadir bersama istrinya, Nuraini ini terlihat menenteng udang kremes, telur asin, sayuran dan otak-otak ikan. “Kita mau mudik ke Bandung dan Padang. Jadi sekalian melihat-lihat di sini, sebagian akan dibawa sebagai oleh-oleh untuk keluarga di sana,” ujar.

Hidayat mendukung rencana pemkot yang akan membuat gelar produk sebagai agenda rutin. Apalagi, menurut dia, saat ini banyak produk asing yang menyerbu pasar sehingga komoditas lokal seharusnya juga perlu ditingkatkan promosinya. “Ya, harapannya even seperti ini dapat menggugah masyarakat agar lebih menghargai produk lokal,” tutur warga yang tinggal di daerah Keputih ini.

Terus Dorong Konsep Urban Farming

Kepala Distan Surabaya Djoestamadji mengatakan, dengan kondisi lahan yang terbatas, salah satu opsi yang paling ideal adalah dengan menerapkan konsep urban farming. Konsep tersebut pada prinsipnya memaksimalkan lahan yang sempit sehingga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bercocok tanam, budidaya ikan dan peternakan.

Upaya-upaya yang dilakukan distan di samping kegiatan gelar produk, yakni dengan memfasilitasi penyediaan alat serta pemberian pelatihan. Tahun lalu, distan membantu penerapan urban farming bagi 3.000 kepala keluarga (KK) untuk produk pertanian dan 2.000 KK untuk produk perikanan.

Djoestamadji menjelaskan, saat ini lahan yang difungsikan untuk pertanian di Surabaya seluas 1.400 hektare. Adapun komoditi andalan Kota Pahlawan antara lain jamur, blewah, melon, semangka, sawi, tomat, cabe dan beberapa sayuran lainnya. “Komoditi pangan utama seperti padi dan jagung juga tetap kita pertahankan,” kata pejabat kelahiran Banjarnegara ini.

Salah satu bentuk penerapan konsep urban farming yakni bercocok tanam dengan sistem hidroponik. Fananah Firdausi, salah seorang pegiat Komunitas Hidroponik Surabaya (KHS) mengatakan pihaknya mengusung misi edukasi kepada publik, bahwa dengan kondisi lahan yang sempit, kegiatan bercocok tanam tetap dapat dilakukan dengan murah, mudah dan menyenangkan.

Fananah menerangkan, sistem hidroponik menggunakan unsur utama air, bukan tanah. Beberapa pelaku hidroponik ada yang menggunakan pecahan batu bata sebagai pelengkap. Sistem ini sangat praktis dan tidak memakan tempat. Tanaman cukup ditempatkan di pot-pot kecil atau pipa paralon di sudut-sudut rumah.

Perempuan yang tengah menempuh pendidikan pasca-sarjana jurusan Ilmu Biologi ini mengungkapkan, adapun keunggulan hidroponik selain praktis juga bebas pestisida, fungisida dan insektisida. Dengan demikian, produk yang dihasilkan lebih sehat bagi tubuh.

Beberapa komoditas yang bisa ditanam secara hidroponik antar lain, sawi, selada, bayam, brokoli, cabe, tomat, terong, dan sebagainya. “Tergantung nantinya masyarakat akan membawa sistem ini ke arah mana, apakah untuk hobi/hiburan, ketahanan pangan keluarga, atau skala bisnis,” imbuh dia.

Fananah menilai, masyarakat sudah mulai banyak yang tertarik dengan sistem hidroponik. Dia berharap antisiasme masyarakat lebih meningkat sehingga hidroponik dapat menyentuh seluruh kalangan masyarakat. (Rilis) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com