Daerah  

Dari Lapau untuk Kemanusiaan: Komunitas Kopi “OS” Pariaman Salurkan Bantuan bagi Warga Terdampak Banjir dan Longsor

Komunitas Lapau Kopi “OS” berikan bantuan pakaian dan makanan kepada warga dampak bencana banjir, di Dusun Sampan, Desa Punggung Ladiang, Kota Pariaman, Jumat (5/12/2025).

FAKTA — Di tengah masih basahnya lumpur dan rumah warga yang belum sepenuhnya pulih dari hantaman banjir dan longsor, secercah kepedulian datang dari sebuah tempat yang selama ini lebih dikenal sebagai ruang bercengkerama: lapau.

Komunitas Lapau Kopi “OS” yang berpusat di depan Stasiun Kereta Api Kota Pariaman, menyerahkan bantuan sembako dan pakaian kepada warga Dusun Sampan, Desa Punggung Ladiang, Pariaman Selatan, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Jumat (5/12/2025).

Lapau—warung kopi tradisional yang menjadi denyut interaksi sosial masyarakat Minangkabau, kali ini menunjukkan wajah lainnya: solidaritas.

Komunitas Lapau Kopi “OS” tumbuh dari kultur lapau yang bukan sekadar tempat berkumpul, tetapi menjadi ruang diskusi, berbagi informasi, hingga merencanakan kegiatan sosial. Komunitas ini bahkan berkembang menjadi kelompok yang rutin melakukan aksi sosial dan adaptasi budaya.

Salah satu anggota aktif Lapau Kopi “OS”, Alwis Ilyas, menyebutkan bahwa lapau bukan hanya ruang berbicara, tetapi juga ruang bertindak.

“Alhamdulillah, hari ini Komunitas Lapau Kopi ‘OS’ bisa memberikan bantuan kepada masyarakat yang ditimpa musibah. Meski berupa pakaian dan makanan, ini adalah bentuk kepedulian kami sebagai bagian dari komunitas Pariaman,” ujar Alwis, pengacara kondang Kota Pariaman yang dikenal aktif dalam kegiatan sosial di kota ini.

Ia menegaskan, aksi sosial ini lahir dari kesadaran kolektif anggota lapau bahwa masyarakat yang tertimpa bencana membutuhkan dukungan, baik secara fisik maupun moral.

“Bantuan ini adalah bentuk pengabdian. Kami berharap dapat memberi semangat bagi warga yang sedang berduka akibat bencana,” tambahnya.

Kepala Desa Punggung Ladiang, Aulia Mardhi Arif, menyampaikan apresiasi atas kehadiran Komunitas Lapau Kopi “OS” di tengah masa sulit yang dialami warganya.

“Kami sangat berterima kasih. Bukan hanya bantuan yang kami lihat, tetapi kunjungan mereka adalah penyemangat dan pengobat luka bagi warga yang terdampak,” ungkap Aulia.

Menurutnya, usai bencana, warga sangat membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Kehadiran komunitas atau lembaga sosial, sekecil apa pun bantuannya, sangat berarti untuk memulihkan kondisi psikologis masyarakat.

“Bantuan pakaian dan makanan sangat dibutuhkan warga. Tapi lebih dari itu, kepedulian mereka adalah kekuatan yang menguatkan kami,” lanjut Aulia.

Aksi Komunitas Lapau Kopi “OS” menjadi bukti bahwa solidaritas tidak selalu muncul dari lembaga besar. Dari sebuah lapau kecil tempat orang berbagi cerita, lahir kepedulian yang nyata. Lapau kembali membuktikan perannya sebagai simpul sosial masyarakat Minangkabau, bukan hanya ruang minum kopi, tetapi ruang hidup, berpikir, dan bergerak untuk sesama.

Bagi warga Punggung Ladiang, kunjungan komunitas lapau ini bukan sekadar pemberian materi, tetapi juga simbol bahwa mereka tidak sendiri menghadapi bencana. Semangat gotong royong yang menjadi identitas masyarakat Sumatera Barat kembali bergema, dari lapau kecil di pusat kota hingga dusun kecil yang sedang berusaha bangkit dari musibah. (ss)