Semua  

Jalan Hotmix Lubuk Belimbing-Trans Derati-Tanjung Agung Diduga Tanpa Aspal Curah

Kondisi jalan hotmix Lubuk Belimbing-Trans Derati-Tanjung Agung, Kecamatan Sindang Beliti Ulu (SBU), Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, yang sangat memprihatinkan pada 24 Nopember 2016.
Kondisi jalan hotmix Lubuk Belimbing-Trans Derati-Tanjung Agung, Kecamatan Sindang Beliti Ulu (SBU), Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, yang sangat memprihatinkan pada 24 Nopember 2016.

UPAYA pemerintah meningkatkan sarana dan prasarana transportasi terus dilakukan, tak terkecuali di pedesaan guna membangun pemerataan, apalagi jalan vital bagi percepatan peningkatan perekonomian masyarakat. Namun, para oknum yang diberi kepercayaan oleh pemerintah diduga belum menunjukkan kinerja yang baik. Termasuk proyek jalan hotmix dari Desa Lubuk Belimbing-Trans Derati-Tanjung Agung diduga tidak “memenuhi standar mutu”. Bayangkan saja, tiga hari setelah diaspal sudah mengelupas dan hancur. Hal ini diungkapkan Ruslan, Kepala Desa Tanjung Agung, kepada John Sahrul dari FAKTA (24/9) saat melakukan investigasi lapangan.

Dikatan Ruslan, selain hasil pekerjaannya tidak memadai, alat berat yang digunakan diduga tidak mencapai berat 8 ton sebagai standar minimal jalan kabupaten, dan wales yang digunakan pun kecil. Anehnya, kondisi jalan bergelombang, pecah dan rusak padahal baru tiga hari dihotmix.

Dengan kasat mata dapat dilihat masyarakat, lanjut Ruslan, material batu pasir dan lapisan hotmix begitu sudah dihamparkan langsung dihotmix, diduga tanpa menggunakan frincut (aspal curah). Disinyalir ketebalan aspalnya juga belum memenuhi standar spek (spesifikasi pekerjaan), atau setidaknya “menyalahi RAB” (rencana anggaran biaya).

“Kami masyarakat di sini selaku pengguna jasa langsung jalan hotmix, tidak puas dengan hasil pekerjaan tersebut. Kami minta aparat penegak hukum mengusut tuntas dugaan penyimpangan tersebut. Lagi pula belum ditemukan papan proyeknya agar bisa dibaca masyarakat. Siapa pemborongnya ? Kita tidak tahu. Nilai proyeknya, menurut informasi, miliaran rupiah”.

Padahal jalan ini untuk mendukung percepatan ekonomi masyarakat dan merupakan jalan ekonomi yang harus kuat dan bagus untuk menahan beban kendaraan umum yang melintasi daerah ini untuk mengangkut hasil bumi masyarakat, antara lain kopi, karet, lada (merica), gula aren, kemiri, jenggol dan hasil produksi lainnya.

“Jika mutu hotmix jalan ini tidak terjamin, yang dirugikan tetap masyarakat daerah ini, yaitu sulitnya mencapai percepatan peningkatan ekonomi masyarakat di sini,” ungkap Ruslan prihatin kepada FAKTA.

Sementara itu Direktur Utama (Dirut) PT Depati Vitara Raya, Riski Zulkarnain, berulang kali dihubungi secara terpisah baik di lapangan maupun di Kota Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, belum diperoleh keterangannya. Karena selalu tidak ada di tempat. FAKTA berharap Riski Zulkarnain meluangkan waktunya untuk memberikan keterangan seputar dugaan rendahnya mutu pekerjaan hotmixnya tersebut.

Berdasarkan data, kontrak harga satuannya sudah cukup baik yaitu Rp 1,6 miliar/km secara nasional. Artinya, mutu pekerjaannya harus terjamin. Setidaknya memenuhi rencana umur bangunan bertahan maksimum 10 tahun dan minimum 5 tahun. Tapi dilihat dengan kasat mata hasil pengerjaan hotmix PT Depati Vitara Raya itu kondisi riilnya di lapangan sangatlah memprihatinkan. Dan, terpaksa dilakukan bongkar pasang. (F.993) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com / www.instagram.com/mdsnacks