Sengketa Tanah, Kakek di Pulau Ambok Mamuju Diduga Dianiaya Tiga Orang

Hanafi,72 th, terduga korban penganiayaan.

FAKTA, MAMUJU – Seorang kakek bernama Hanafi (72 tahun) asal Pulau Ambok Dusun Tanjung Batu, Desa Sumare, Kec. Simboro Kab.Mamuju Sulbar.

Diduga korban mengalami tindak pidana kekerasan penganiayaan dan percobaan pembunuhan yang diduga dilakukan oleh tiga orang pelaku dengan inisial K, B dan R yang juga warga Pulau Ambok.

Penganiayaan itu diduga akibat sengketa tanah, Hanafi menceritakan kronologi awal mula kejadian yang membuat dirinya mengalami penganiayaan hingga merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Berawal pada hari selasa pagi sekitar pukul 07.30 WITA, bertempat di Pulau Ambok, Desa Bala – balakang Timur.

“Saya mengajak sepupu saya (Jafar) yang juga seumuran dengan saya pergi berjalan di bagian Timur Pulau Ambok, tepatnya sekitaran samping kantor desa, saya melihat ada pekerjaan pondasi bangunan, lalu saya menghampiri 4 orang pekerja bangunan, saya bertanya kepada mereka,” ujar Hanafi.

Lanjut dia bertanya, “Pekerjaan bangunan apa ini ? Lantas dijawab bahwa ini untuk keperluan Balai KB, mereka datang bersama Ahmad Yani. Saat itu saya menjelaskan bahwa ini adalah lahan saya, seharusnya mereka membangun atas ijin saya terlebih dahulu,” jelas Hanapi.

“Tiba – tiba dari belakang saya, Oknum inisial (K) memeluk leher saya dengan kedua tangannya, lalu saya sempat bertanya ” kenapa ini “? Oknum K menjawab, “ini orang yang selalu membuat masalah, mengaku ngaku lahannya padahal bukan, kemudian datang lagi oknum (R) dari arah samping kanan saya dengan cepat memegang kedua pinggang saya dan menginjak kaki kanan saya, lalu oknum K, memukul punggung saya hingga mengakibatkan saya jatuh tersungkur ketanah,” ujar Hanafi.

“Tak cukup berdua, oknum ketiga (B) datang bergabung mengeroyok saya, mereka sempat berteriak “SEKALI PATEIMI” (Sekalian bunuh saja), Syukurlah ada seseorang bernama Gusti datang melerai, sambil berkata Eee..Nana Akade Inde’e Mai Tau Tobara – bara’e Da’a Lappasangngi (Eee..Namuapa itu kalian semua? orang tua, jangan, lepaskan dia). Lalu mereka melepaskan saya dan saya dipapah oleh Gusti.” terangnya.

“Sepupu saya,(Jafar) tidak bisa membantu saya, karena ada Mandor mercusuar Distrik Navigasi yang menghalanginya dan membawanya jauh dari tempat kejadian,” tutur korban Hanafi pada media ini, selasa, (3/10/2023).

Lebih lanjut, Bahtiar sebagai keluarga korban merasa kecewa dengan pelayanan oknum petugas medis RS Bhayangkara Mamuju, oknum tersebut menyarankan tidak perlu dilakukan visum, dikarenakan tidak ada luka memar di tubuh korban, padahal jelas terlihat ada pembengkakan di salah satu kaki korban.

” Kami berniat menemui dokter, namun kami dihalangi oleh tiga orang tenaga medis yang piket di UGD tersebut ,sehingga membuat kami pasrah dan kembali kerumah,” ujar Bahtiar ,senin(2/10).

Bahtiar juga menjelaskan, dia sudah bertanya mengenai perkembangan status laporannya di Polresta Mamuju, saat itu penyidik menjawab bahwa Kasat sedang sibuk dan laporan aduannya tetap ditangani , namun masih tahap dipelajari terlebih dahulu,” tutup Bahtiar. (amk)