Delegasi Kerajaan Iswatini, Afsel, Observasi Lahan dan Industri Minyak Kayu Putih KPH Bojonegoro

Majalahfakta.id – KPH Bojonegoro, kedatangan delegasi Kerajaan Iswatini (Afrika Selatan), dalam rangka observasi lahan penyulingan minyak kayu putih, Jumat (01/10/2021).

Hadirnya tamu lintas benua tersebut, semoga segera terwujud kerjasama Perum Perhutani KPH Bojonegoro Divisi Regional Jawa Timur (Indonesia), dengan Kerajaan Iswatini (Negara Bagian Afrika Selatan), Bidang Produk Perhutani, dalam hal ini daun kayu putih.

Produksi kayu putih KPH Bojonegoro, kini sudah merambah ke lintas benua.

Adm/KKPH Bojonegoro, Irawan DJ. Didampingi Waka Adm Sub Tengah Wawan Gunawan, Asper Pradok Nyamasto, Asper Nglambangan Dudun, juga KRPH Parjo, KSS Kompers/Humas, Sunyoto, Edi, staf ahli Ika menjelaskan, kunjungan para delegasi dari salah satu kerajaan dari negara bagian Afrika Selatan ini, baru taraf observasi atau penjajakan perihal KPH Bojonegoro sudah memproduksi minyak kayu putih.

Dengan cukup tersedianya lahan, bibit, tenaga, serta alat produksi walau terkesan tradisional, persiapan lahan pengembangan.

“Tampaknya mereka tertarik dan terobsesi akan majunya produksi, bahkan perwakilan delegasi, Dadang penterjemah dari Indonesia, seakan ambisius keberhasilan dari usaha kayu putih. Akan tetapi ini baru wacana atau observasi penjajakan dan belum ada nota kesepakatan MoU, karena masih melakukan beberapa tahapan prosesnya. Termasuk membuat laporan melaporkan sampai tingkat direksi. Apalagi jika terjalin kesepakatan pihak kerajaan nantinya siap memborong hasil produksi daun kayu putih segar maupun limbah penyulingan”, papar Irawan DJ.

Lebih lanjut menurut Administrator yang Juga pakar BUMN Perhutani pindahan dari Divisi Regional Jateng tersebut menjelaskan, dari tahun 2016, KPH Bojonegoro sudah memiliki tanaman jenis kayu putih seluas 3.000 hektar (ha), rencana untuk lahan kayu putih target seluas 17.000 ha. Khusus musim tanam tahun ini (2021) bertambah 600 ha. Tapi ini kunjungan tamu luar benua baru observasi. Hasilnya masih beberapa tahapan lagi, ” ujar Irawan DJ.

Waka Adm Sub Tengah Wawan Gunawan, didampingi KSS Kompers/Humas Sunyoto, menambahkan, secara matematika, dari petik daun hingga menghasilkan minyak kayu putih original super (bibit minyak siap dijual original maupun dicampur komposisi selera pabrik), per 1 ton menjadi minyak 8-9 kg (original).

Untuk bibit kayu putih, kita membuat dengan stek pucuk kayu putih klon 71 ,dan dibutuhkan waktu 4 bulan baru dipindah atau tanam di lahan.

Menunggu waktu 4 bulan dipindah dengan kurun waktu 2,5 tahun sudah bisa di panen dan di pangkas guna memudahkan pemanenan.

“Istimewanya untuk kayu putih bila sudah menjadi tanaman jadi bisa dipetik daunnya kisaran 8-9 bulan. Setelah itu dilakukan pembersihan lahan sekitar pohon dari tumbuhan liar (Gulma). Pemanenan daun kayu putih itu sendiri sampai umur 35 tahun, ” beber Waka Wawan.

Ketua rombongan Delegasi Kerajaan Iswatini Afrika Man Zemvula, selama observasi di pembibitan, lahan tanaman (BKPH Nglambangan), proses penyulingan di BKPH Pradok, merasa sangat puas, atas semuanya bisa dikunjungi di lahan, langsung dalam prosesnya, yang dilakukan KPH Bojonegoro (Divre Jatim), BKPH Pradok dan BKPH Nglambangan. “Mantap, penyambutan ‘good’ administrator KPH Bojonegoro ,dan lainnya, sangat ramah ber-education, thanks for Mr.Irawan, Mr. Wawan and yours tim work KPH Bojonegoro, ” kata Jean Baptise.

Sedangkan pihak penghubung dari Tirta Ayu, Dadang ,menjelaskan bahwa setelah melihat dari dekat metode produksi, pekerja, safety, kedepannya KPH Bojonegoro bisa lebih sukses lagi dengan meraih produksi meningkat.

Semua perlu bekerja sama, bekerja tidak bisa sendiri, pasti butuh orang lain. Syukur setelah kelanjutan dari apa yang telah kita lihat, bisa bekerja sama dengan Tirta Ayu.

“Kami terkesan sangat bagus, dan tinggal menunggu dari hasil observasi yang kita lakukan ini, semoga bisa menjadi bagian kesuksesan bersama”, ujar Dadang.

Sedangkan Manager Bisnis Development Tirta Ayu, Istiqomah, menambahkan bahwa nantinya semua daun kayu putih ini, bisa terjadi kesepakatan, maka akan di proses untuk kayu putih,dan bahan herbal, residu-nya untuk spaa, limbah daun untuk scrab. (eko)