Majalahfakta.id – Sejumlah kebutuhan makanan seperti daging ayam dan sayuran selama ramadhan di berbagai pasar tradisional meningkat. Perlu diwaspadai karena telah ditemukan makanan berformalin berbahaya bagi kesehatan.
“Masih ditemukan daging dan usus ayam mengandung formalin. Selain itu, ditemukan bayam dan sayuran mengandung pestisida, serta cendol mengandung zat berwarna berbahaya,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Tangerang, Abduh Surahman di Pasar Anyar, Senin (12/4/2021).
Selanjutnya Abduh mengatakan, makanan berformalin itu hanya pada daging ayam, usus ayam, dan kulit ayam di satu pedagang. Sedangkan untuk produk pertanian tadi masih terpapar pestisida.
Dia melanjutkan, ayam berformalin di pasar tersebut disuplai agen nakal. “Saat ini bersama dengan kepolisian masih melakukan perburuan terhadap pedagang yang kabur saat dirazia tersebut,” ungkap Abduh.
Selanjutnya Abduh mengatakan, di pasar tersebut diduga ada agen nakal. “Begitu positif formalin, kita samperin lagi dengan kepolisian, tetapi orangnya sudah lari. Dagangannya ditinggal. Selanjutnya akan didatengin lagi pakai surat peringatan. Kelihatannya pedagang lama. Tahun lalu juga ada,” sambungnya.
Menurut Abduh pada tahun lalu, di pasar yang sama ada sedikitnya tujuh orang pedagang yang ketahuan berjualan daging berformalin. Dari tujuh pedagang itu, tinggal satu pedagang ini yang masih nakal menjual daging mengandung bahan berbahaya berformalin.
“Tahun lalu kita tangkap dengan kepolisian, dibawa ke polres diberi peringatan. Setelah diberi peringatan, sepekan kemudian disurvei, ternyata sudah insyaf. Tetapi enggak tahu bila kambuh lagi,” beber Abduh.
Dihimbau, masyarakat yang akan berbelanja ke Pasar Anyar diminta waspada, terutama di dalam memilih daging. Sebaiknya pilih daging yang lalat mau menghinggap, apabila lalat tidak mau menghinggapi diduga berformalin. “Kalau daging berformalin tidak dihinggapi lalat, disarankan jangan belanja di situ. Secara teoritis daging yang dihinggapi lalat itu gak mengandung kimia. Kan itu mentah, sampai rumah cuci,” pungkasnya. (ren)






