Majalahfakta.id – Limbah potongan kayu yang biasanya sudah tidak terpakai ternyata bisa bernilai ekonomis tinggi. Satu diantaranya dimanfaatkan menjadi berbagai mainan edukasi yang menghasilkan omzet hingga puluhan juta rupiah.
“Mainan edukasi ini bahan bakunya dari limbah potongan kayu, karena selain harganya terjangkau juga nyaman serta aman digunakan untuk merangsang motorik anak,” ujar Ana, pemilik gerai Ape dan salah seorang peserta pameran UMKM bertajuk Made in Indonesia di Sidoarjo.
Ana mengaku, dalam sebulan omzet penjualan mainan edukasi ini bisa mencapai Rp 30 juta. “Saat pasar belum terkena pandemi Covid-19, omzet per bulan memang bisa mencapai Rp 30 juta. Namun sejak pandemi Covid-19, penjualan turun drastis,” ungkap Ana tanpa merinci lagi pendapatannya saat ini.
Sejumlah mainan edukasi produknya yang dipamerkan di sebuah pusat perbelanjaan Jalan Raya Jati, Sidoarjo antara lain mobil-mobilan, rumah, dadu, ejaan abjad dan sebagainya.
Ada sejumlah jenis kayu yang bisa dijadikan untuk bahan baku untuk produk ini. Kayu yang digunakan pun sebaiknya memiliki massa yang ringan sehingga tidak berat ketika dimainkan anak-anak. Kayu tetap harus dikeringkan hingga memiliki standar kelembaban yakni 15 -12 persen.
Berikut lima bahan kayu yang cocok untuk digunakan sebagai bahan baku mainan edukasi. Antara lain Kayu balsa, jenis kayu ini adalah yang paling sering digunakan produsen mainan kayu anak. Kayu balsa adalah jenis kayu lunak mirip dengan busa sehingga mudah untuk dibentuk. Warna kayunya cenderung putih sehingga mudah untuk difinishing apapun, baik itu warna transparan atau solid.
Kayu balsa adalah jenis kayu yang cukup favorit di luar negeri dan sering digunakan untuk pembuatan furniture. Tapi di Indonesia, sisa-sisa kayu balsa dari industri biasanya dimanfaatkan untuk mainan atau produk kerajinan.
Kayu pinus, jenis kedua ini sama seperti balsa, termasuk kayu lunak yang biasanya digunakan juga sebagai palet kayu. Pinus adalah jenis kayu yang berwarna putih dengan bentuk serat yang lebih kentara. Karena lunak maka sangat cocok digunakan untuk mainan anak yang perlu dipotong menjadi ukuran kecil.
Keunggulannya terdapat pada warna kayu yang putih kekuningan. Kebanyakan diolah menjadi furniture atau kerajinan.
Medium density fiberboard (MDF), walaupun bukan termasuk kayu keras, MDF cukup banyak digunakan sebagai mainan anak. MDF adalah kayu buatan yang dibuat dari serbuk kayu halus kemudian dipress menggunakan tekanan serta suhu tinggi.
Mainan yang terbuat dari MDF biasanya tidak tahan terhadap air, jadi perlu perawatan khusus. Oleh karena itu kayu ini lebih sering digunakan untuk mainan anak-anak yang sudah sekolah karena mereka lebih paham akan perawatannya.
Kayu sungkai, penggunaan kayu ini untuk mainan anak biasanya berasal dari limbah pabrik furniture ekspor. Kayu ini termasuk jenis kayu lunak yang mudah untuk dikerjakan dengan harga lebih terjangkau.
Selain untuk mainan, kayu ini sering digunakan untuk pembuatan kayu lapis. Sekilas tampilannya sangat mirip dengan kayu jati.
Kayu ramin, kayu asli berasal dari hutan Kalimantan ini juga disebut dengan pohon aloevera. Warnanya kekuningan walaupun bentuk seratnya mirip dengan sungkai dan pinus. Kayu ramin adalah jenis kayu lunak yang juga sering digunakan dalam pembuatan jendela dan pintu. Kemudahannya untuk dibentuk serta warnanya yang cenderung putih kekuningan justru membuat kayu ramin banyak disukai. Apalagi dengan tingkat kekerasannya yang mudah untuk pembentukan. (dro)






