MEMANG bervariatif pola untuk mengamankan hutan. Tetapi giat komunikasi sosial (komsos) untuk RPH Dodol, BKPH Gondang, dirasakan belum efektif. Menurut KRPH Dodol, Wanijan, didampingi mandor tanam, Suparman, ketika dikonfirmasi Wartawan Majalah FAKTA (Ekopurnomo), mengatakan bahwa giat komsos untuk RPH Dodol belum efektif, karena ‘mencuri kayu di hutan tidak berdosa’. Tetapi komsos adalah bagian dari upaya mengamankan hutan, bahkan nota perjanjian pun pernah dibuat, tetapi masih ada pencurian/illegal logging. “Itu sebuah konsekwensi sebagai petugas keamanan hutan, bahkan dikepung massa dengan kekuatan tidak berimbang harus siap,” kenang KRPH Dodol ditemani KRPH Sukun beserta 4 Polhutter atas kejadian hari Rabu (2/10/2019) di timur lapangan Sambongrejo.
Kejadian yang sangat dramatis itu berawal dari hari-hari sebelumnya di mana pohon jati KU 9 (tanaman tahun 1975) ada yang hilang. Perintah pimpinan untuk meningkatkan keamanan. Tanggal 1 mengadakan patroli (KRPH bersama Polhut Arba’i, Usulkan dan Parji), ditemukan 4 tunggak tinggi (T) 50 cm, lingkaran (L) 125 cm. T 40 cm, L 115 cm. T 40 cm, L 137 cm. T 50 cm, L 140 cm. Kerugian riil Rp 14.644.394,-(sesuai tabel). Yang berhasil diamankan 15 batang senilai Rp 2.661.394. “Ironis memang, identik pencuri memenuhi pesanan, bakalan untuk mebel/bahan rumah tangga atau sikilan/kaki meja. Di petak 155 potensi kayu besar. Sedangkan di petak 152, 153, 156, 157, 158 (KU.2-3) bakalan sikil/kaki meja. Komsos bersama tokoh agama, tokoh masyarakat, muspika belum sepenuhnya mampu membantu kamhut. Alasannya, lagi-lagi karena kebutuhan perut. Namun, walau demikian, tindakan preventif tetap dilakukan, tiada henti, semoga mereka terketuk hatinya tentang pentingnya hutan lestari,’’ harap KRPH Wanijan.
Konsentrasi selanjutnya adalah antisipasi maraknya bibrikan liar di petak 145, 153, 155, 156. Bahkan hari Senin (7/10/2019) bersama 12 pesanggem (pokja) bermufakat. “Karena kurangnya personil, maka pola kami adalah ziq-zaq yakni 2 naik, 1 turun. Dengan luas wilayah 1.308,60 hektar. Dan, mengutamakan tindakan preventif yakni komsos tadi,” ungkap Mantri Dodol, Wanijan.
“Saya harus bisa jadi mandor juga karena keterbatasan tenaga tadi. Sukanya pekerjaan lancar, mencari tenaga gampang/pesanggem kerjasamanya baik,’’ cerita suami Reni ini.
Inovasi RPH Dodol adalah rencana tanaman swadaya dengan jenis tanaman jati pada petak-petak produksi yang masih kosong. ‘’Dan sudah kelar dengan penggarap,’’ pungkas KRPH Wanijan.
Sedangkan mantan mandor tanam, Parman, menyampaikan, jumlah luas RHL di antaranya untuk BKPH Bubulan 22,16 hektar (Ha), Deling 64,84 Ha, Temayang 84,23 Ha, Tretes 13,7 Ha. Gondang 363,07 Ha. Untuk RPH Dodol 27,2 Ha. “Alhamdulillah, bibit ready, tinggal menunggu hujan siap ditanam”.
Adm/KKPH maupun Waka Adm Sub Bojonegoro timur, belum bisa ditemui. “Nanti lihat sikonnya dulu, Mas,’’ jawab waka timur ketika dijapri FAKTA via WA. (F.463)








