Semua  

Perjuangan Dan Doa Kades Dander Untuk Memperkuat Status Tanah Warganya

Kades Dander, Kiswoyo, foto bersama perangkatnya.
Kades Dander, Kiswoyo, foto bersama perangkatnya.
Dari kiri : Kades Dander, Kiswoyo, dan perangkatnya.
Dari kiri : Kades Dander, Kiswoyo, dan perangkatnya.

SATU– satunya kepala desa (kades) di ibu kota kecamatan di Kabupaten Bojonegoro yang dapat program PTSL yakni Desa Dander, Kecamatan Dander.

Kades Dander, Kiswoyo, didampingi hampir seluruh perangkatnya, mengungkapkan rasa syukur atas didapatnya panggilan dari BPN Bojonegoro atas dikabulkannya usulan pengajuan program PTSL untuk memperkuat status kepemilikan tanah warganya.

Kades Dander yang mantan anggota polres (di kesatuan patwal/polantas ala film CHIP= California Highway Patrol) ini mengakui rasa bangga atas upayanya mewujudkan kepentingan warganya tersebut. ‘’Dengan kemajemukan berbagai etnis dan suku di Dander bisa hidup rukun damai mencari peningkatan kesejahteraan, ini adalah perwujudan dari memupuk rasa persatuan dan kerukunan NKRI di Desa Dander. Ada 6 masjid, 45 mushola, 2 gereja, semuanya hidup rukun, saling bertoleransi. Semua pengelola keagamaan muslim dan non muslim semua diberi insentif sesuai kemampuan desa dengan kesepakatan hasil musyawarah. “Semua itu wujud pengamalan dari Bhineka Tunggal Ika”.

Secara monografi, Desa Dander memang ada pasar tetapi statusnya adalah pasar pemkab, tanah desa, kontribusi sebagai tambahan PAD, yakni mengelola tempat parkir. Pengelolaan parkir ditangani petugas linmas (bergantian), dengan hitungan 30 % untuk petugas jaga parkir, 70 % untuk kas desa. Demikian juga Pasar Kambing fifty-fifty dengan KUD Ngumpakdalem, karena lokasinya di Desa Dander sedangkan status tanahnya milik KUD Ngumpakdalem. Sedangkan kontribusi dari perhutani adalah pengelolaan lahan seluas 17 hektar, rencananya untuk agro buah. “Jadi di Dander selain punya Dander Park juga akan ada agro buah jambu air dan kelengkeng,” urai Kades Dander, Kiswoyo.

Desa Dander terdiri dari 3 dusun yakni Krajan, Jepar dan Nemon. Totalnya ada 40 RT dengan DPT 6.837 orang, dan memiliki group reog ala Ponorogoan sebanyak 5 group masing-masing beranggotakan sekitar 50 orang (pemain dan penabuh/panjak) untuk sama-sama bisa terakomodir bermain di hajatan desa secara bergiliran. Namun soal main di luar desa tergantung rejeki masing-masing group.

“Masa bhakti kami belum selesai, jadi masih melaksanakan program. Untuk kontribusi dari Dander Park yang bisa dijadikan tambahan PAD belum ada. Tersohor Dander punya ini punya itu, tetapi sebagai tambahan biaya operasional kades dan perangkatnya tidak ada. Kuncinya sabar, perjuangan dan doa. Usul ke Disbudpar sudah sering perihal kontribusi Dander Park, tapi hingga sekarang seperti hasil undian kuis yang kurang beruntung alias zooong. Padahal kalau mengacu pada Permendagri bahwa di setiap tempat milik pemerintah yang menghasilkan maka desa pun diberikan kompensasi. Namun Dander Park sampai sekarang tidak ada atau mungkin belum ya,’’ ungkap Kades Dander seraya bergurau.

Dander memang dalam cerita rakyat memiliki sejarah di masa zaman Majapahit, tentunya perihal tempat beristirahatnya Maha Patih Gajahmada. Maka Dander yang memiliki nama asli Bedander, dengan alamnya yang mempesona, tetapi kontribusi untuk sumber PAD-nya masih sangat bergantung dari retribusi Pasar Pahing/Pasar Dander, serta pasar dus (kambing), identik dengan ayam mengkis-mengkis dalam lumbung padi serta-merta sumbatan air yang melimpah ruah. Alhasil, dengan kades yang bijak, transparan dan punya skill management, maka tetap mampu mengikuti tren pembangunan sejalan perkembangan zaman. “Caranya dengan mengefisienkan segala-galanya yang berkaitan dengan uang. Pokoke, sabar, cukup, perjuangan dan doa,” imbuhnya seraya mengajak Wartawan Majalah FAKTA (Eko Purnomo) mencicipi jajan pasar era zaman Mojopahit, yakni saplak, getuk, gendar, genthilut, pleret, lopis, cethot.

Untuk kegiatan keagamaan, sambungnya, mayoritas kaum nahdliyin, mengadakan tahlilan malam Kamis di masing-masing mushola. Kalau malam Jumat mengadakan tahlilan anjangsana lingkungan, dan malam Sabtu mengadakan tahlil qubra bergiliran di masjid. Sebelum acara thausiyah juga menyampaikan perihal pemerintahan desa. “Kalau mendatangkan ustadz dari luar dananya diambilkan dari partisipasi dan kas jamaah”.

Kades Dander, Kiswoyo, foto bersama perangkatnya.
Kades Dander, Kiswoyo, foto bersama perangkatnya.

Ketua PKK Desa Dander, Dra Sri Muti’in, yang juga seorang guru, menyampaikan kegiatan PKK dari pokja 1 sampai pokja 4 semua berjalan dengan lancar, termasuk rutin jadwal penimbangan, gizi, posyandu balita maupun dewasa. Pengurusnya 36 orang, jumlah anggotanya lebih dari seratus orang. ‘’Kegiatan lain, yakni pembekalan perias ada 3 orang dan pembuatan aneka jajan pasar tradisional (genthilut, lopis, saplak, klepon, getuk, gendar, ndog gluduk, kucur, opak, tape taun, rengginang),  maupun modern (roti basah/kering, kik, bolu, donat dan lain-lain), serta jajanan sepanjang zaman, yakni onde-onde’’.

“Pelayanan masyarakat bila ada kekurangan kita evaluasi guna memaksimalkan lagi. Sisi lain adalah upaya mensupport keswadayaan warga untuk bisa meningkatkan taraf sejahtera, rukun, damai, barakhlak mulia. Hidup perlu berjuang serta tanpa meninggalkan doa,’’ tutur Kades Dander, Kiswoyo, didampingi Kasi Kesra dan Kaur TU & Umum.

Adapun nama personil pemerintahan Desa Dander sebagai berikut : Kiswoyo (Kades), Wardoyo (Sekdes), Sutarko (Kasun Dander), Didik Windiono (Kasun Nemon), Ardi Sanjaya (Kasi Pemerintahan), Moh Padkun (Kasi Pelayanan), Amanaturohmah (Kasi Kesra), Dwi Febru Lestari (Kasi Keuangan), M Ali Muchkharom (Kaur TU & Umum), M Zaenal Abidin (Kaur Perencanaan), Pundhartiningsih (Staf Sekretariat), Ngadi (Staf Kantor Desa), BPD sebanyak 9 orang diketuai Drs Masrukin, sedangkan Linmas sebanyak 36 personil di bawah komando Danton Ali Winoto. (F.463)